Ibadah yang merupakan rukun Islam kedua ini memang salah satu bagian dari agama Islam yang amat mendasar. Meskipun pembahasan tentang ibadah shalat cukup banyak beredar dimasyarakat. Namun yang praktis dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw sulit didapatkan.
Terinspirasi dari hadits Nabi Saw: “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku Shalat”. yang kemudian menjadi salah satu prinsip dalam ibadah shalat, Maka buku ini hadir sebagai Panduan Shalat Praktis, yang disusun sesuai dengan Sunnah Rasulullah Saw yang shahih,
Semoga kehadiran buku ini dapat menjadi pegangan bagi kaum muslimin dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT, yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw.
PENGERTIAN SHALAT
Menurut bahasa shalat berarti do’a atau rahmat. Sedangkan menurut istilah shalat adalah sebuah ibadah yang terdiri dari ucapan dan perbuatan tertentu yang dibuka dengan takbiratul ihram dan ditutup dengan salam.[1] Sedangkan menurut ahli tasawwuf, shalat merupakan upaya menghadapkan hati kepada Allah subhanahu wa ta'ala, hingga menumbuhkan rasa takut dan tunduk kepada-Nya, serta menumbuhkan kesadaran akan keagungan dan kebesaran-Nya, serta kesempurnaan kekuasaan-Nya.
KEDUDUKAN SHALAT
Di dalam Islam, shalat adalah amal ibadah yang memegang peranan yang sangat vital dalam proses pengabdian seorang hamba kepada Tuhannya, sehinngga shalat memiliki kedudukan yang sangat istimewa untuk umat Islam, yakni antara lain:
- Shalat merupakan ibadah yang pertama kali di wajibkan oleh Allah SWT, yang perintahnya langsung diterima oleh Rasulullah saw pada malam Isra’ Mi’raj.[2]
- Shalat merupakan tiang agama.[3]
- Shalat merupakan amalan yang pertama kali di hisab (hitung) pada hari kiamat.[4]
HUKUM MENINGGALKAN SHALAT
Bagi muslim yang sudah terkena kewajiban shalat karena sudah baligh (dewasa) dan berakal, kemudian meninggalkan shalat dengan sengaja, maka iya telah syirik dan kufur.[5]
TATA CARA SHALAT WAJIB
Ada banyak hadits yang menjelaskan tentang tata cara shalat secara lengkap, mulai dari berdiri hingga akhir. Untuk menghindari penyimpangan (bid’ah) didalam pelaksanaan shalat, maka disini akan dijelaskan tentang bagaimana tata cara shalat Rasulullah saw.
Dari Malik bi Huwairis ra:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي
Dengan demikian mulai dari cara berdiri, cara mengangkat tangan, cara meletakan tangan, cara ruku’, cara sujud dan seterusnya sampai kepada salam, semuanya harus berdasarkan pada cara shalat Nabi saw, sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadits-hadits yang shahih.
وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”[7]
Menaati Rasululullah saw, berarti kita telah menaati Allah Swt. Karena Allah berfirman dalam Al Qur’an:
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ
Adapun cara shalat wajib yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw, sebagai berikut:
1. Berdiri tegak menghadap kiblat[9] dengan niat ikhlas karena Allah[10] (tanpa melafadzkan kalimat "ushalli... dst" karena hal tersebut tidak ada dalilnya).
2. Bertakbir: Allahu Akbar[11] seraya mengangkat kedua telapak tangan dan ibu jari mendekati telinga.[12]
3. Bersedekap: Tangan kanan diletakkan pada punggung telapak tangan kirimu, serta pergelangan dan lengannya[13] diatas dada,[14] lalu menggenggamnya.[15]
اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
"Allaahumma baa'id bainii wa baina khothaa-yaa-ya kamaa baa'adta bainal masyriqi wal maghrib. Allaahumma naqqinii minal khothaa-yaa kamaa yunaqqats tsaubul abyadu minad danas, Allaahummaghsil khothaa-yaa-ya bilmaa’i wats-tsalji wal barod"
Artinya:
(Ya Allah, jauhkanlah antaraku dan antara segala kesalahanku, sebagaimana Kau telah jauhkan antara Timur dan Barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan sebagaimana dibersihkannya pakaian putih dari kotoran. Ya Allah, cucilah segala kesalahanku dengan air, salju dan air hujan beku).[17]
Selain do’a diatas kita juga dapat juga membaca:
وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنْ الْمُشْرِكِينَ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنْ الْمُسْلِمِينَ اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
"wajjahtu wajhiya lilladzii fathoros samaawaati wal ardha haniifan musliman wa maa anaa minal musyrikiin. inna sholaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi robbil 'aalamiin. Laa syariikalahuu wa bidziilika umirtu wa anaa awwalul muslimiin (wa anaa minal muslimiin). Allaahumma antal maliku laa ilaaha illa anta, anta rabbii wa anaa 'abduka, dholamtu nafsii wa'taroftu bidzanbii faghfirlii dzunuubii jami'an. Laa Yaghfirudz-dzunuuba illaa anta, wahdinii li ahsanil akhlaaqi laa yahdi li ahsanihaa iliaa anta. Washrif 'annii sayyi’ahaa laa yashrifu 'annii sayyi’ahaa illaa anta. Labbaika wa sa'daika wal khairu kulluhuu fii yadaika, wasysyarru laisa ilaika, Anaa bika wa ilaika, Tabaarokta wa ta'aalaita astaghfiruka wa atuubu ilaika".
Artinya:
(Aku hadapkan wajahku, ke hadapan yang Maha Menjadikan semua langit dan bumi, dengan tulus hati dan menyerah diri, dan aku bukanlah golongan orang-orang musyrik. Sungguh shalatku, 'ibadahku, hidup dan matiku adalah kepunyaan Tuhan yang menguasai semua alam, yang tidak bersyarikat, maka dengan demikian aku diperintah dan aku menjadi orang yang mula-mula berserah diri. Ya Allah, Engkaulah Raja, yang tidak ada yang disembah melainkan Engkau. Engkaulah Tuhanku dan aku ini hamba-Mu, aku telah berbuat aniaya pada diriku dan mengakui dosaku. Maka ampunilah dosa-dosaku semua, yang mana tidak ada yang mengampuni dosa, selain Engkau. Dan berilah petunjuk-Mu padaku, budi pekerti yang bagus. Tidak ada yang dapat memberikan petunjuk kepada bagusnya budi pekerti selain Engkau. Dan jauhkanlah dariku kelakuan yang jahat. Tidak ada yang dapat menjauhkannya kecuali Engkau. Aku junjung dan aku turuti perintah Engkau. Semua kebaikan itu ada pada tangan-Mu, dan kejahatan itu tidak kepada-Mu. Aku dengan-Mu dan kembali kepada-Mu. Engkaulah yang Maha Memberkati dan Maha Mulia. Aku mohon ampun dan bertobat kepada-Mu).[18]
5. Membaca Surat al-Fatihah
Dibaca secara jelas dan perlahan[19] yang sebelumnya berdo’a memohon perlindungan dengan membaca ta’awwudz,[20] tanpa dikeraskan.
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“A’uudzu billaahi minasy syaithaanir rojiim”
Lalu dilanjutkan dengan membaca basmalah tanpa dikeraskan.[22]
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
"Bismillaahir-rohmaanir-rohiim"
Artinya:
Kemudian diteruskan dengan membaca surat al-Fatihah:[24]
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ * الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ * مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ *إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ *اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ *صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ *
“Alhamdu lillaahi robbil 'aalamiin. Arrohmaanir rohiim. Maaliki Yaumiddiin. iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin. Ihdnash-shiro-thol mustaqiim. Shiro-tholladziina an'amta 'alaihim ghoiril maghdhuubi 'alaihim waladhdho-llin.”
Artinya:
(Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni'mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat).
Dan setelah itu membaca amin.[25]
أمين
A-miin
Artinya:
(Kabulkanlah permohonanku)
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ * اللَّهُ الصَّمَدُ * لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ* وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ *
Qul huwallaahu ahad. Allaahush shomad. Lam yalid walam yuulad. Walam yakul lahuu kufuwan ahad.
Artinya:
(Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia). (Qs. Al-Ikhlas [112] : 1-4)
Atau membaca:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ * فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ * إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأبْتَرُ *
“Innaa a'thoina-kal kautsar. Fasholli lirobbika wanhar. Inna syaaniaka huwal abtar.”
Artinya:
(Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni'mat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus) (Qs. Al-Kautsar [108] : 1-3)
Atau dapat juga membaca:
أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ *فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ *وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ *فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ *الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ * الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ * وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ *
Aro’aitalladzii yukadzdzibu biddiin. Fadzaalikal ladziiyadu'ul yatiim, Walaa yahudldlu 'alaa tho'aamil miskiin. Fawailul lil musholliin, alladziinahum 'an-sholaa tihim saahuun. Alladziinahum yuro-uuna wa yamna'uu nal maa'uun.
Artinya:
(Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya. dan enggan (menolong dengan) barang berguna).[27]
Angkat kedua tangan seperti takbiratul ihram sambil bertakbir: “Allahu Akbar”,[29] lalu ruku’lah dengan meratakan punggungmu dan lehermu, genggam kedua lututmu dengan kedua tanganmu.[30] Sehingga sudut ruku’ diperkirakan 90 derajat bujur sangkar.
8. Membaca do’a Ruku’:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
"Subhaanaka Allaahumma robbanaa wa bihamdika Allaahummaghfirlii"
Artinya:
Atau membaca:
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ
“Subhaana robbiyal ‘a-dhiim”
Artinya:
Dapat juga membaca:
سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ
“Subbuuhun qudduusur robbul malaaikati war-uuh”
Artinya:
Keterangan:
Disaat ruku silahkan memilih salah satu dari ketiga bacaan diatas. Jika saat ruku’ kita membaca pilihan do’a yang pertama (Subhaanaka Allaahumma...), maka disaat sujud pun kita membaca bacaan yang sama, kecuali pada pilihan do’a yang kedua (subhaana robbiyal adhim), karena bacaan do’a sujudnya berbeda. Dan untuk bacaan subhaana robbiyal adhim, disini tidak memakai tambahan wa bihamdihi, karena tambahan tersebut, bersumber dari hadits dha’if, sementara yang bersumber dari hadits shahih tidak memiliki tambahan tersebut.
9. I’tidal (berdiri tegak)
Setelah ruku’ angkatlah kepala untuk berdiri tegak (i’tidal) dengan sempurna dan tenang (thuma’ninah),[34] sambil mengangkat kedua tanganmu seperti dalam posisi takbiratul ihram,
lalu membaca tasbih:
lalu membaca tasbih:
سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
“Sami’allaahu liman hamidah”
Artinya:
(Allah mendengar orang yang memuji-Nya)
10. Membaca do’a Itidal
10. Membaca do’a Itidal
Dan bila sudah lurus berdiri maka berdo’alah sebagai berikut:
رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
“Robbanaa wa lakal hamd.”
Artinya:
(Ya Tuhanku, dan segala puji bagi Engkau)[35]
Selain bacaan i’tidal diatas ada juga bacaan/do’a lain yang dapat dibaca setelah membaca tasbih سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ saat berdiri tegak bangkit dari ruku, diantaranya:
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ
"Robbanaa wa lakal hamdu hamdan katsiron thoyyiban mubaarokan fiih",
Artinya:
Atau membaca:
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءُ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءُ الْأَرْضِ وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
“Robbanaa lakal hamdu mil’us samaawa-ti wa mil‘ul-ardhi wa mil umaa syi'ta min syai’in ba'du".
Artinya:
(Tuhanku, bagi-Mu segala puji, sepenuh semua langit, sepenuh bumi dan sepenuh semua aoa yang Kau sukai dari sesuatu apapun).[37]
Letakkanlah kedua lututmu lalu kedua telapak tangan, kemudian letakkan wajahmu, sehingga dahi dan hidung menempel di tempat sujud.[40]
Hadapkan ujung jari kakimu ke arah kiblat, dan renggankan kedua tanganmu dari ketiak dan lambung,[41] serta angkat sikutmu dari lantai.[42]
12. Do’a Sujud
Lalu berdo’alah dalam sujudmu:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
"Subhaanaka Allaahumma robbanaa wa bihamdika Allaahummaghfirlii"
Atau membaca:
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى
“Subhaana robbiyal a’laa”
Atau membaca:
سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ
“Subbuuhun qudduusur robbul malaaikati war-ruuh"
13. Duduk diantara dua sujud.
Setelah membaca do’a sujud, kemudian angkatlah kepalamu sambil bertakbir: “Allahu Akbar”, lalu duduk dengan tenang.[46]
14. Do’a duduk diantara dua sujud:
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي
"Allaahummaghfirii- warhamnii wajburnii wahdinii warzuqnii"
Artinya:
(Ya Allah, ampunilah aku, belas kasihanilah aku, cukupilah aku, tunjukilah aku, dan berilah rezeki kepadaku).[47]
15. Sujud Kedua.
Lalu sujudlah yang kedua kalinya dengan bertakbir: “Allahu Akbar” dan berdo’a seperti dalam sujud pertama.[48]
16. Raka’at Kedua.
Kemudian angkatlah kepalamu dengan bertakbir: “Allahu Akbar”. Dan duduklah sebentar, lalu berdiri untuk raka’at yang kedua dengan menekankan tangan pada tanah.[49]
Kerjakanlah dalam rakaat yang kedua ini sama dengan raka’at pertama, hanya saja tidak membaca do’a Iftitah, yakni langsung membaca surat al-Fatihah dan seterusnya.
سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُاكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا نَهَضَ مِنْ الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ اسْتَفْتَحَ الْقِرَاءَةَ بِ - الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ - وَلَمْ يَسْكُتْ
"Dari Abu Hurayrah, bahwa jika Rasulullah saw berdiri dari raka’at kedua, beliau tidak diam melainkan memulai bacaan dengan “Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin” [50]
Tasyahud Awwal.
Setelah sujud yang kedua kalinya pada raka’at kedua, maka bangunlah untuk duduk tasyahud awwal.
Duduklah diatas bentangan kaki kirimu, sementara telapak kaki kanan di tegakkan dengan jari kaki kanan menghadap qiblat.[51]
Letakkanlah kedua tanganmu diatas kedua lututmu lalu julurkan jari-jari tangan kirimu, sedangkan jari tangan kananmu dalam posisi mengepal, yakni menggenggam jari kelingking, jari manis dan jari tengah, serta mengacungkan jari telunjuk (seperti menunjuk) dan ibu jari berada tepat diatas jari manismu.[52]
Adapun kapan jari telunjuk diacungkan, yaitu disaat kita mulai membaca do’a tasyahud sampai selesai. Dan mengenai posisi duduk tasyahud awwal dapat dilihat pada gambar berikut ini:
التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ فَإِنَّكُمْ إِذَا قُلْتُمُوهَا أَصَابَتْ كُلَّ عَبْدٍ لِلَّهِ صَالِحٍ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
"Attahiyyaatu lillaah wash-sholawaatu wath-thoyyibaat, assalaamu 'alaika ayyuhan nabiyyu wa rohmatullaahi wa barokaatuh. Assalaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish shoolihiin. Asyhadu allaa ilaaha illallaah wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhuuwa rosuuluh".
Artinya:
(Segala kehormatan, kebahagiaan, dan kebagusan adalah kepunyaaan Allah. Semoga keselamatan bagi engkau, ya Nabi Muhammad, beserta rahmat dan kebahagiaan Allah. Mudah-mudahan keselamatan juga bagi kita sekalian dan hamba-hamba Allah yang baik-baik. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu hamba dan utusan-Nya).[54]
18. Dilanjutkan dengan membaca Shalawat:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَآلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَآلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
"Allaahumma sholli 'alaa Muhammad wa 'alaa a-li Muhammad, kamaa shollaita 'alaa Ibro-hiim wa a-li Ibro-hiim, wa baarik 'alaa Muhammad wa a-li Mulhammad, kamaa baarokta 'alaa Ibraahiim wa a-li Ibro-iim, innaka hamiidum majiid"
Artinya:
(Ya Allah, limpahkanlah kemurahan-Mu kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Kau telah limpahkan kepada Ibrahim dan keluarganya. Berkahilah Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Kau telah berkahi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau yang Maha Terpuji dan Maha Mulia).[55]
19. Lalu membaca do’a setelah shalawat:
اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا وَلَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنِي إِنَّك أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Allaahumma innii dholamtu nafsii dhulman katsiiran, wa laa yaghfirudz dzunuuba iliaa anta faghfirlii maglifiratan min 'indika warhamnii innaka antal ghafuu rurrahiim.”
Artinya:
(Ya Allah, aku sudah banyak menganiaya diriku, dan tiada yang dapat mengampuni dosa, selain Engkau. Maka ampunilah aku dan kasihanilah aku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pengampun dan Penyayang).[56]
20.Raka’at Ketiga dan Keempat
Kemudian berdirilah untuk rakaat yang ketiga kalau shalatmu itu tiga raka’at[57] (maghrib) atau empat rakaat[58] dengan bertakbir mengangkat tanganmu, seperti pada takbiratul ihram.
Ketika berdiri kamu cukup membaca Fatihah saja (tidak perlu membaca surat lain pada rakaat ketiga dan keempat).[59]
21. Tasyahud Akhir
Setelah sujud kedua pada raka’at terakhir, bangkitlah untuk duduk tasyahud akhir dengan memajukan kaki kiri, sedang posisi kaki kanan sama dengan tasyahud awal (jari-jarinya menghadap kiblat) dan dudukmu bertumpukan pantat.
Kemudian bacalah do’a tasyahud serta shalawat kepada Nabi. Bacaannya sama seperti pada waktu tasyahud awal.
22. Do’a Setelah Shalawat pada Tasyahud akhir
Setelah membaca shalawat pada tasyahud akhir maka berdo’a memohon perlindungan dengan membaca:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
"Allaahumma innii a'uudzu bika min 'adzaabi jahannama wa min 'adzaabil qobri wa min fitnatil mahyaa wal mamaati wa min syarri fitnatil masiihid dajjaal".
Artinya:
(Ya Allah, aku berlindung kepada Engkau dari siksa Jahannam dan dari siksa qubur, begitu juga dari fitnah hidup dn mati, serta dari jahatnya fitnah Dajjal).[60]
23.Salam
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Assalaa-mu ‘alaikum wa rohmatullaahi wa barokaatuh
Artinya:
(Berbahagialah kamu sekalian dengan rahmat dan berkat Allah)[62]
YANG PERLU DIPERHATIKAN:
- Tidak dibenarkan menambah-nambah gerakan atau bacaan didalam shalat kecuali berdasarkan dalil yang kuat.[63]
- Semua gerakan shalat harus dilakukan dengan tenang dan sempurna (thuma’ninah), dan sesuai dengan tuntunan Nabi Saw.[64]
- Bacaan al-Qur’an dalam shalat pun harus tartil dan jelas.[65]
- Pada saat salam tidak ada tuntunan dari Nabi Saw, mengibas telapak tangan kanan saat salam ke kanan dan mengibas telapak tangan kiri saat salam ke kiri. Bahkan Nabi Saw pernah melarang ada sahabat yang melakukan demikian.[66]
- Tidak ada perbedaan yang mendasar antara shalat pria dan wanita.
[1] Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah I, h. 93
[2] HR. al-Tirmidzi 1/417: 213. Hadits ini berkualitas hasan shahih
[3] HR. al-Tirmidzi, al-Nasa’iy, Ibn. Majah, Ahmad, al-Bayhaqiy, al-Thabrani, dari Mu’adz dengan kualitas hasan shahih. Sementara dalam riwayat al-Bayhaqiy dan al-Daylami dikatakan bahwa “al-shalatu ‘imaadud diin” artinya shalat adalah tiangnya agama, tapi sanad hadits tersebut dha’if karena terputus. Namun karena memiliki banyak jalur maka hadits ini saling menguatkan satu sama lainnya.
[4] HR. al-Tirmidzi, al-Nasa’iy, Ibn. Majah, Ahmad, al-Thabrani. Dalam riwayat al-Thabrani memiliki tambahan “jika shalatnya baik, maka baiklah semua amalannya, jika shalatnya rusak maka rusaklah semua amalannya”.
[5] HR. Muslim, al-Tirmidzi, al-Nasa’iy, Ahmad dari Jabir dengan kualitas shahih. Kemudian HR. Ahmad, al-Bazzar dari Buraydah ra, dengan kualitas hasan.
[6] HR. Bukhariy, (595); ad-Darimiy, (1225); Ibn. Hibban, (541, 503); al-Baihaqiy (345); ad-Daruquthniy (273); asy-Syafi’i, (55)
[7] Qs. Al-Israa’ : 36
[11] HR. Ibn. Majah, (795); Ibn. Hibban (179, 187); al-Baihaqiy, (137). Hadits ini berkualitas sahih lidzatihi.
[12] HR. Muslim, (588, 589); al-Bukhari, (695); an-Nasa’iy, (870, 871, 1014, 1046, 1075); Abu Dawud, (636); Ibn Majah, (849), Ahmad Ibn Hambal, (15046, 19626); al-Darimiy, (1223), Hadits ini bernilai shahih lidzatihi.
[13] HR. an-Nasa’iy, Sunan (al-Iftitah, 879); Ahmad, (Musnad, 18115); al-Baihaqiy (Sunan al-Kubra, II: 28; Sunan al-Sughra, I: 241); Ibn Hibban, (Shahih, V: 170), dan Ibn Khudzaimah, (Shahih, I: 243). Hadits ini berkualitas shahih.
[14] HR. Ibn Khudzaimah, (Shahih, I: 243), dalam pandangan Ibn. Khudzaimah, hadits ini berkualitas shahih.
[15] HR. Ibn. Khudzaimah, dalam kitab shahih Ibn. Khudzaimah (tahqiq al-A’dzami I/242: 478). Hadits ini berkualitas hasan, dan dapat dipakai sebagai dalil.
[16] Ada beberapa macam bacaan doa iftitah yang lain yang pernah diajarkan oleh Nabi. Akan tetapi yang pernah dibacakan oleh Nabi didalam shalat wajib hanyalah dua macam do’a iftitah yang diuraikan dalam buku ini.
[17] HR. Bukhariy, (702), Imam Muslim, (940), al-Nasa’iy, (885), Abu Dawud, (663), Ibn Majah, Sunan (Iqamat al-Shalat wa al-Sunnah fiha, 797), Ahmad (6867, 10005), dan al-Darimiy, (1216). Hadits ini berkualitas shahih lidzatihi, sehingga dapat dipergunakan sebagai dalil.
[18] HR. Muslim (1290); al-Tirmidzi, (3343, 3344, 3345), al-Nasa’iy (887), Ibn Majah, (854), Ahmad ibn Hanbal (764), al-Darimiy, (1210). Hadits ini berkualitas shahih lidzatihi dan dapat dipergunakan sebagai dalil.
[20] Mayoritas Ulama berpendapat membaca ta’awwudz cukup dibaca sekali sebelum membaca surat al-Fatihah di raka’at pertama. Lihat mushannaf ‘Abd al-Razzaq oleh al-A’dzami, juz 2, hal. 86, no. 2587-2589)
[21] HR. Al-Tirmidzi dalam kitab Sunan al-Tirmidzi (al-Shalat, 225); Abu Dawud, (658); Ahmad Ibn. Hanbal (11047); dan Ibn Khudzaimah (238). Hanya saja kualitas hadits ini masih diperselisihkan. Namun demikian hadits-hadits ini diperkuat dengan keumuman dalil Qs. An-Nahl [16] : 98, artinya: 98. “Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk”.
[22] Mayoritas sahabat dan ulama selain Imam al-Syafi’i, pada umumnya memilih untuk tidak mengeraskan bacaan basmalah saat membaca al Fatihah. Karena ini didasarkan pada riwayat Anas bin Malik dan Abdullah bin Mughaffal al-Muzani ra, bahwa: “Aku shalat bersama Rasulullah saw, Abu Bakar, Umar dan Utsman, bahwa: ”aku tak mendengar satu pun diantara mereka yang (mengeraskan) membaca “bismillaahir-rahmaanir-rahiim” (HSR. Muslim, 399a; al-Nasa’iy, 907; Ahmad, 13919.
[23] HR. an-Nasai (895), al-Baihaqiy (Sunan al-Sughra, I: 251; Sunan al-Kubra, 11: 46), al-Daruquthni (Sunan, 1:305), al-Hakim (Syi'ar Ashab al-Hadis, 1:41), dan al-Haitsamiy, (1:125). Dan hadits ini juga dinukilkan dalam kitab Fath al-Bari karya Ibn Hajar al-'Asqalniy (II: 267). Hadits ini berkualitas shahih lidzatihi dan dapat dipakai sebagai dalil.
[24] Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhari (714), Muslim (595, 597), Tirmidzi (230), al-Nasa’iy (901, 902), Abu Dawud (700), dan Ibn Majah (828). Hadis ini berkualitas shahih, apalagi hadis ini juga diriwayatkan oleh Muslim dan para mukharrij hadis yang lain akan semakin menambah kekuatan hadis ini sebagai dalil.
[25] HR. al-Bukhariy, (738), Muslim, (618), al-Tirmidzi, Sunan (al-Shalat: 232), al-Nasa’iy, (919), Abu Dawud, (801), Ibn Majah, (841), Ahmad ibn Hanbal (6946, 9541), Malik (182). Hadits ini berkualitas shahih dan dapat dipakai sebagai dalil.
[26] HR. al-Bukhariy, (734, 717); Muslim, (685, 687); al-Nasa’iy, (966); Ahmad Ibn Hanbal, (21569) dan al-Darimiy (1260). Hadits ini berkualitas shahih dan dapat dipergunakan sebagai dalil.
[28] Qs. Al-Hajj [22] : 77
[29] HR. Al-Bukhariy terdapat dalam dua tempat pada kitab shahih al-Bukhariy (al-Adzan: 747 dan 761) dan diriwayatkan oleh Muslim, dalam Kitab shahihnya (al-Shalat: 591); serta Ahmad bin Hanbal (Musnad: 9474). Hadits ini bekualitas shahih dan dapat dipergunakan sebagai dalil.
[30] HR. Al-Bukharyi, dalam kitab shahih al-Bukhariy (al-Adzan: 785). Hadits ini berkualitas shahih lidzatihi dan dapat dipakai sebagai dalil.
[31] HR. Bukhariy, (752, 775; 3955; 4585). Muslim, (746), Nasa’iy, (1110,1111), Abu Dawud, (743), dan Ahmad ibn Hanbal (23034). Hadits ini berkualitas shahih dan dapat dipakai sebagai dalil.
[32] Hadis ini diriwayatkan oleh al-Nasa’iy, (1036), Tirmidzi (243), Abu Dawud, (737), Ibn Majah, (878), Ahmad, (22175), dan Darimiy, (1273). Hadits ini berkulaitas shahih, kecuali riwayat Tirmidzi berkualitas hasan shahih, namun semuanya dapat dipakai sebagai dalil.
[33] Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim pada kitab Shahihnya (752), Al-Nasa’iy (1122), Abu Dawud (738), dan Ahmad ibn Hanbal (22934/ 23489, 23699, 23991, 24009, 24428, 25090). Hadits ini shahih dan bisa dipakai sebagai dalil.
[34] Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari, (715, 751, 5786, 6174), Muslim, (602), Tirmidzi, (279), Nasa’iy, (873), Abu Dawud, (730), Ibn Majah, (1050), dan Ahmad ibn Hanbal (9260).
[35] Sumber hadits lihat footnote no. 50
[36] Diriwayatkan oleh al-Bukhariy (757), al-Nasa’iy (1052), Abu Dawud (654), Ahmad ibn Hanbal (18226), dan Malik (442). Hadits ini berkualitas shahih, dapat dipergunakan sebagai dalil.
[37] HR. Muslim dalam kitab shahih Muslim (al-Shalat: 733) dengan berkualitas shahih sehingga dapat dipakai sebagai dalil.
[38] Qs. Al-Hajj [22] : 77
[39] HR. Al Bukhariy (705); Muslim (887, 888); al-Nasa’iy, (876). Hadits ini berkualitas shahih.
[40]Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Nasa’iy (1077,1142), Tirmidzi (248), Abu Dawud (713), Ibn Majah (872), ad-Darimiy (1286), Ibn Khuzaimah (I:319), Ibn Hibban (V: 237), dan al-Baihaqiy(II: 98). Hadits ini berkualitas shahih.
[41] HR. Al-Bukhari (377, 765, 3300); Muslim (764); al-Nasa’iy (1094) dan Ahmad (21845). Hadits ini berkualitas shahih dan dapat dipergunakan sebagai dalil.
[42] HR. Muslim (763) dan Ahmad Ibn. Hanbal (17760, 17858), dengan kualitas shahih menurut Imam Muslim.
[46] HR. Al-Tirmidzi (262), dengan kualitas shahih.
[47] Sumber bacaan berdasarkan hadits pada footnote no.46
[48] Lihat footnote no. 31, 32,33
[49] HR. Al-Bukhariy (780); al-Tirmidzi (264); al-Nasa’iy (1140); Abu Dawud (718). Kualitas hadits ini shahih dan dapat dipakai sebagai dalil.
[50] Hal tersebut sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab shahihnyal: (al-Masajid wa Mawadhi’ al-Shalat: 941), dengan kualitas hadits adalah shahih dan dapat dipakai sebagai dalil.
[51] HR. Al-Bukhariy dalam Kitab Shahihnya (al-Adzan: 785). Para perawi yang meriwayatkan hadits ini adalah siqah, sehingga menjadikan hadits ini berkualitas shahih lidzatihi dan dapat diakai sebagai dalil.
[52] HR. Muslim (909, 910, 912); al-Nasa’iy (1358); Abu Dawud (838); Ahmad Ibn. Hanbal (15518). Hadits ini berkualitas shahih lidzatihi dan dapat dipakai sebagai dalil.
[53] Selain bacaan diata ada 4 bacaan lainnya yang dapat dipakai sebagai dalil.
[54]Hadis ini diriwayatkan oleh para imam ahli hadits, di antaranya adalah al-Bukhari yang meriwayatkan tujuh kali di dalam Shahih al-Bukhari (788, 791, 1127, 5762, 5794, 5853, 6833), Muslim (609), al-Tirmidzi (266, 1123), Nasa’iy sebanyak 10 kali (1150, 1151, 1152, 1153, 1154, 1155, 1156, 1157, 1158, 1281), Abu Dawud (825), Ibn Majah (889), Ahmad ibn Hanbal (3381, 3439, 3858), dan ad-Darimiy (1306, 1307). Hadis ini bernilai shahih lidzatihi dan dapat dipakai sebagai dalil.
[55] Hadis ini diriwayatkan oleh al-Syafi'iy dalam kitabnya al-Umm (Beirut, Dar al-Ma'rifah: 1393, Juz I, hal. 117) dengan sanadnya sendiri. Hadis ini berkualitas shahih.
[56] Bacaan ini diriwayatkan oleh al-Bukhari (790, 5851, 6839), Muslim (4876), Tirmidzi (3454), Nasa’iy (1285), Ibn Majah (3825), dan Ahmad ibn Hanbal (8, 28). Hadits ini berkualitas shahih dan dapat dipakai sebagai dalil.
[59] Hadits dari Abu Qatada ini diriwayatkan oleh al-Bukhari, Shahih (al-Adzan: 734, 717); Muslim, Shahih (al-Shalat: 685, 687); al-Nasa’iy, Sunan (al-Iftitah: 966); Ahmad Ibn Hanbal, (Musnad: 21569) dan al-Darimiy (al-Shalat: 1260). Hadits ini berkualitas shahih dan dapat dipergunakan sebagai dalil.
[60] Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab shahihnya (924, 926); Abu Dawud (al-Shalat: 833); Nasa’iy (as-Shawi: 1293); Ibn. Majah (899) dan Ahmad Ibn. Hanbal (9791). Kualitas hadits ini adalah Shahih dan dapat dipakai sebagai dalil.
[61] HR. Muslim (916); al-Nasa’iy (1300); Ahmad ib Hanbal (1403, 1481) dan al-Darimiy (1311). Hadits ini berkualitas shahih. Daat di pakai sebagai dalil.
[62] Al-Shan’aniy, Subul al-Salam, Juz. I/h. 301; dan Ibn. Haqzm, Kitab al-Muhalla, Juz.III/h. 375.
[63] HR. Muslim 3242 dan 3243. Dan disepakati juga oleh Bukhariy.
[64] Mutthafaq Alayh
[65] Qs. Al-Muzammil : 5
[66] HR. Muslim 431
[60] Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab shahihnya (924, 926); Abu Dawud (al-Shalat: 833); Nasa’iy (as-Shawi: 1293); Ibn. Majah (899) dan Ahmad Ibn. Hanbal (9791). Kualitas hadits ini adalah Shahih dan dapat dipakai sebagai dalil.
[61] HR. Muslim (916); al-Nasa’iy (1300); Ahmad ib Hanbal (1403, 1481) dan al-Darimiy (1311). Hadits ini berkualitas shahih. Daat di pakai sebagai dalil.
[62] Al-Shan’aniy, Subul al-Salam, Juz. I/h. 301; dan Ibn. Haqzm, Kitab al-Muhalla, Juz.III/h. 375.
[63] HR. Muslim 3242 dan 3243. Dan disepakati juga oleh Bukhariy.
[64] Mutthafaq Alayh
[65] Qs. Al-Muzammil : 5
[66] HR. Muslim 431
bagus................... teruslah berdakwah dengan penuh keikhlasan, ketawadhuan, dan keridhaan!
BalasHapusTrimakasih untuk postingannya !
BalasHapusmantepz
BalasHapus