Kehebatan al-Qur'an yang penuh dengan mukjizat, disambut dengan kedengkian oleh para missionaris. Mereka berusaha menyerang otentisitas al-Qur'an dengan berbagai metode. Setelah gagal, mereka frustasi dan terus-menerus melakukan kritikan untuk menanamkan keraguan terhadap umat Islam. Salah satu kritikannya adalah menuding al-Quran sebagai kitab saduran.
Adalah Mohamad Guntur Romli, aktivis JIL yang getol menjajakan liberalisasi agama berkedok Islam. Dalam artikelnya belum lama ini, Guntur mencak-mencak menuding al-Qur'an sebagai kitab saduran yang menyunting (mengedit) keyakinan dan kitab-kitab sebelumnya.
"Kisah Isa (Yesus) dalam al-Qur'an yang menegaskan, Isa hanyalah seorang Rasul, bukan anak Tuhan, dan tidak ada penyaliban terhadapnya adalah "saduran" dari keyakinan sebuah sekte Kristen," tulisnya.
Guntur menegaskan pula, "Al-Qur'an tetap memiliki banyak sumber dan 'proses kreatif' yang bertahan serta berlapis-lapis. Al-Qur'an adalah 'suntingan' dari 'kitab-kitab' sebelumnya, yang disesuaikan dengan kepentingan penyuntingnya," (koran Tempo, 4 Mei 2007).
Tuduhan ini sebenarnya sudah basi, dan sama sekali tidak ada yang baru. Para orientalis dan misionaris Kristen sudah terlalu sering melontarkan tuduhan ini. Misalnya, FJL Menezes (1911) dalam karyanya The Life anda Religion of Mohammad: The Prophet of Arabia menuduh : "Tidak ada suatu apapun dari al-Qur'an itu, selain ciptaan dan rekaan Muhammad dan para sahabatnya."
Dalam jajaran pengritik al-Qur'an, tercatat nama-nama orientalis terkemuka, antara lain : G. Sale dalam buku Preliminary Discourse (1899) yang menyebutkan bahwa Muhammad adalah penulis asli al-Qur'an. Di belakang hari, kritikan serupa dikemukakan oleh Sir William Muir dan Wollaston (1905), Lammens (1926), Champion dan Short (1959), Glubb (1970), Robinson (1977), dan seterusnya.
Di Indonesia, tuduhan yang sama dilontarkan oleh evangelis Jansen Litik, Suradi ben Abraham, Pendeta Muhamad Nurdin, dan lain-lain. Jauh sebelumnya, Louis Hoyack dalam buku De Onbekende Koran menuduh al-Qur'an telah menjiplak Bibel : "De Koran staat vol van verhalen, ontleend aan het Oude en Nieuwe Testament, en ook aan andere bronnen, maar waar de profeet het noodig oordelde, een weinig geretoucheed" (hlm.74). (Al-Qur'an berisi dongeng-dongeng yang dicuplik dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, juga dari sumber-sumber lain, tetapi di mana dianggap perlu oleh sang nabi maka diadakan penyuntingan disana-sini).
Bila ditelaah secara kritis, kritik Guntur terhadap al-Qur'an itu sungguh tidak bermutu, karena tidak disertai data-data yang akurat dan faktual. Dalam ulasannya mengenai proses turunnya al-Qur'an, Guntur menganalisa bahwa ketika berbicara tentang pewahyuan al-Qur'an, Allah memakai dhamir nahnu (kata ganti plural "kami"). Menurutnya, kata "awhayna (kami wahyukan) dipakai dalam al-Qur'an lebih dari 30 kali, sedangkan kata "awhaytu" (aku wahyukan) hanya dipakai 8 kali. Bertolak dari data "awhayna" ini, Guntur menyatakan, proses turunnya al-Qur'an melibatkan kerja kolektif antara Tuhan dan manusia.
Dari penjelasan ini, terlihat jelas betapa Guntur adalah orang yang miskin data. Menurut penelitian Tim FAKTA dengan fasilitas program al-Qur'an digital, kata "awhaytu" dalam al-Qur'an hanya ada satu kata, yaitu dalam surah al-maidah:111, Itu pun bukan tentang pewahyuan al-Qur'an, melainkan ilham kepada para pengikut setia Nabi Isa (Hawariyun).
Selain itu, pemakaian kata ganti Nahnu (Kami) bukan berarti bilangan Allah itu jamak (plural), dan tidak berarti bahwa proses turunnya al-Qur'an itu melibatkan kerja sama antara Tuhan dan manusia. Dalam bahasa Arab, pemakaian kata ganti jamak untuk kata orang pertama tunggal (mutakallim mufrad) berarti penghormatan dan pengagungan (lit-ta'zhim).
Tidak benar tudingan Guntur bahwa pewahyuan al-Qur'an itu hasil kerja sama antara Tuhan dan manusia dengan menyadur dan menyunting kitab-kitab sebelumnya. Tudingan ini terbantah oleh ayat al-Qur'an serah al-Baqarah:41. Dalam ayat ini Allah memakai kata ganti tunggal "anzaltu" (Aku turunkan) ketika berbicara tentang turunnya al-Qur'an. Pada ayat tersebut Allah berfirman : "Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan (al-Qur'an)...".
Ketika melontarkan tudingan al-Qur'an menyadur kitab sebelumnya (baca:Bibel), lagi-lagi Guntur memamerkan kemiskinannya dalam hal data. Sebagai seorang peneliti, seharusnya Guntur membktikan tuduhannya atas berbagai pertanyaan berikut : Pertama, jika al-Qur'an adalah kitab suci yang menyadur Bibel, maka ayat Bibel mana saja yang disadur, dan ayat al-Qur'an mana yang dianggapnya menyadur itu. Kedua, Berdasarkan sejarah yang diyakini Guntur, kapan Nabi Muhammad membaca dan meneliti Bibel ketika menyadurnya dalam al-Qur'an? Ketiga, menurut al-Qur'an, Muhammad adalah nabi yang ummiy (buta aksara). Tudingan bahwa beliau menyadur kitab-kitab sebelumnya, berarti menuding bahwa beliau bisa membaca. Siapa nama guru Nabi Muhammad yang mengajarkan baca-tulis?
Dalam artikelnya Guntur hanya bisa menuding tanpa membuktikan fakta dan data yang akurat. Karenanya, tudingan ini boleh disebut sebagai asbun.
Secara singkat, semua tuduhan itu kandas dengan sendirinya oleh firman Allah dalam surah al-'Ankabut : 48-49 yang menyatakan Muhammad adalah nabi yang ummiy. Kenyataan bahwa al-Qur'an sepanjang sejarah dunia tidak pernah berubah setitikpun, membuktikan bahwa al-Qur'an adalah Kalamullah (firman Allah) yang redaksinya sama sekali tidak melibatkan campur tangan manusia. Sebab jika al-Qur'an adalah hasil karya manusia, pastilah dikemudian hari akan mengalami editing (perubahan), karena hasil karya manusia memiliki banyak keterbatasan.
Jelaslah bahwa al-Qur'an bukan kitab saduran. Lantas siap yang sebenarnya menyadur? Bisa jadi kelompok liberal yang menyadur fitnah-fitnah dari kaum orientalis dan misionaris. (sabili/fakta)
mukamu seperti muka setan saja.kamu gak beda sama dukun dukun santet
BalasHapussetuju bahwa al-koran japlak dari INJIL.........., semua yg ada di Injil di sadur dikit - dikit ke al-koran.........
BalasHapusbetul betul betul itu al-quran adalah kitab yang berisi tentang omong kosong saja
BalasHapusMungkin bang anonim sekali-kali harus baca al-quran, juga terjemahannya, jadi bisa membedakan mana yang benar dan mana yang gak benar... Injil diturunkan untuk orang israel, kenapa pula orang indonesia ikut-2an... di Eropa aja kristen sudah mulai ditinggalkan orang, sampai paus pun sedih karena gereja kosong tidak ada jamaahnya. kenapa harus islamophobia jika belum mengenal islam dengan baik?
BalasHapusga usa debat,
BalasHapusga usa benci,
ga usa pake kata-kata kasar,
ga usa saling caci/menghina,
tunggu saja, suatu saat kita semua akan mati,
nah disaat itulah baru kita akan tahu ajaran manakah yang benar, islam atau kristen.
yak betul gan! setuju banget. kalo debat kaya begini pas sama2 masih hidup seperti ngedebatin duluan ayam apa telor. ga ada ujungnya. sepertinya ga usah sampai mati gan. baru sakaratul maut aja udah pasti kelihatan mana yang benar dan mana yang salah. tapi sayang sejuta sayang, saat itu udah ga ada kesempatan lagi untuk meng-CTRL-Z (undo) semua yang telah dia jalani seumur hidup...
Hapusyang bilang al-quran saduran....., jngan hnya konsep ocehan doang......q tunggu comentnya di riyuqu.blogspot.com. zakaria
BalasHapus