Selasa, 17 November 2009

Fenomena Tahun 2012

Beberapa hari ini, dunia digemparkan dengan pemberitaan bahwa di tahun 2012 akan terjadi kiamat. Sebagian besar berita – berita di media massa, media elektronik maupun, dunia maya seperti website, blog, dan lainnya dihiasi dengan pemberitaan bahwa tahun 2012 ada indikasi bahwa akan terjadinya kiamat Qubra (Kiamat Besar). Bukan hanya itu saja, hingga saat ini, mesin pencarian terbesar di dunia (google), mencatat peringkat pertama yang diincar beritanya oleh para news browser adalah 2012. Ditambah lagi dengan munculnya film 2012 yang baru-baru ini sudah diputar di bioskop-bioskop Indonesia yang bisa dibilang dengan hadirnya film ini, isu kiamat ditahun 2012 semakin menguat.

Kenapa orang begitu mudah percaya dengan datangnya kiamat ditahun 2012..??

IPM Indonesia Makin Menurun Dua Tahun Terakhir


Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia makin menurun dalam dua tahun terakhir, terbukti ada 2007 masih menempati peringkat 107 di dunia dan pada 2009 justru turun pada posisi 111.

"Berdasarkan laporan IPM yang dirilis United Nation Development Program (UNDP), kini Indonesia berada para peringkat ke-111, jauh dibawah negara-negara ASEAN lainnya," kata Direktur Eksekutif International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) Don K Marut disela-sela kehadirannya di Makassar,

Tuhan Kita Adalah Allah


Oleh. Adian Husaini

Salah satu pandangan yang senantiasa dilempar oleh kaum Pluralis Agama dalam 'menyesatkan' kaum Muslim, adalah bawasanya, "semua agama adalah jalan yang berbeda-beda menuju Tuhan yang satu". Mereka mengatakan, soal nama "Yang Satu" itu tidaklah penting. Yang Satu itu dapat dinamai Allah, God, Lord, Yahweh, The Real, The Eternal One, dan sebagainya. Bagi mereka, nama Tuhan tidak penting.

Ada yang menulis: "Dengan nama Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih, Tuhan Yang Maha Penyayang, Tuhan Segala agama." Kita ingat, dulu, ada cendekiawan terkenal yang mengartikan kalimat syahadat dengan: "Tidak ada tuhan (dengan t kecil), kecuali Tuhan (dengan T besar).

Pendidikan Agama dalam Keprihatinan



Dalam konstitusi, negara kita bukanlah negara agama, tapi diistilahkan dengan negara hukum atau rechstaat, sebaliknya bukan negara kekuasaan atau machstaat.

Tapi, bahwa agama menjadi tiang prioritas dalam kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat tak dapat dipungkiri. Meski dalam praktiknya jauh dari pedoman dan nilai-nilai agama secara ideal.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila menjadi barometer utama, dimana agama yang diakui secara resmi harus menjadi way of life bagi pemeluknya. Dalam cakupan yang lebih khusus lagi, dunia pendidikan merupakan media utama dalam mengejawantahkan sila pertama tadi secara lebih tersistem dan terarah.

Profil Pelajar Era Millenium


Pelajar era reformasi hobinya pacaran. Dari pagi hari sampai malam nanti. Di rumah, di sekolah, di jalan, di warung, di bioskop, di pantai, di gunung, semua serba pacaran. Kalau sering pacaran lupa sudah sama iman. Hidup serasa hanya di dunia milik mereka berdua. Tiada ingat bahwa di akhirat akan ditanya sama Sang Pencipta, tentang aktivitasnya selama di dunia. Walhasil, aborsi pun merajalela. Setiap hari ada saja praktek pembunuhan bayi, hasil hubungannya dengan pemuda tak tahu diri. Maunya hanya enak, tapi tak mau anak. Hobi ini tidak hanya monopoli pelajar kota, tetapi juga di desa-desa yang jauh dari pusat informasi. Tak peduli anak petani atau Pak Kiyai, semua sudah tak terkendali

Pelajar Indonesia generasi sekarang hobinya nongkrong baik sendiri maupun rame-rame, baik nongkrong di-mulut gang, di-jalan, di-warung, di-mall, di-tempat penyewaan play station, ataupun di-tempat game. Jarang yang betah di rumah dan punya hobi membaca dan menekuni hobi edukatif lainnya. Gaya hidupnya santai, dan lebih permisif dalam berbagai hal. Banyak yang mengkonsumsi minuman keras dan narkoba sebagai gaya hidup, dan bangga sebagai pelajar sok modern. Bangga kalau bergaya kebaratan sehingga banyak yang mengecat rambutnya warna-warni, hijau, biru, orange, pirang, dan ada yang dibotakin sebagian. Banyak juga yang bergaya punk, rambut gimbal (gak mau keramas), celana jeans sobek-sobek dan belang-belang seperti tidak pernah dicuci. Sebagian pelajar banyak yang ikut geng, dan tidak semua geng ini baik, banyak juga geng yang terlibat tawuran sehingga bikin jalanan macet, menakuti masyarakat yang lewat, dan merepotkan aparat kepolisian.