Kamis, 03 Desember 2009

Renungan Akhir Tahun 1430 H dan 2009 M


Sebentar lagi kita akan memasuki tahun baru Islam 1431 H/tahun baru masehi 2010. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Hari berganti hari, ia berputar menggenapkan hitungan minggu, menyempurnakan bilangan bulan, dan lengkaplah menjadi tahun. Silih berganti seiring pergantian siang dan malam.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah” (QS. Ali Imraan [3]: 191).

Allah SWT ingin menyapa kita dengan ayat-ayat-Nya. Allah ingin mengajari kita dengan tanda-tanda kekuasaan-Nya. Sedemikian Allah sayangnya kepada kita sehingga Dia hamparkan fenomena jagad raya ini sebagai pintu penyadaran akan perwujudan-Nya, keberadaan-Nya, Kekuasaan-Nya, Kerajaan-Nya, dan Ketetapan-Nya. Allah ingin membahasakan akan Diri-Nya kepada kita. Bahwa Dia-lah sesungguhnya yang memliki semua ini. Dialah yang meninggikan langit tanpa tiang. Dialah yang mengedarkan bintang gemintang. Dialah yang menguasai galaksi-galaksi, menetapkan hidup dan mati, menghamparkan bumi, dan menjadikan matahari sebagai pusat tata surya.

Siapakah "Opa" Santa Claus itu?



Oleh: Pastur Herbert W. Armstrong

Hari Natal (Christmas) sebentar lagi tiba Sebagian besar umat Kristiani diseluruh dunia menyambut dengan riang gembira. pernak-pernik Natal mulai menghiasi pusat-pusat perbelanjaan.Tak ketinggalan sosok seorang kakek tua (opa; manado) dengan pakaian salju berwarna merah mulai terlihat dimana-mana, dan anak-anak kecil pun mengidolakannya. Padahal ini hanya merupakan dongeng belaka yang telah bertpuluh-puluh tahun membohongi anak-anak. Siapakah “Opa” Santa Claus itu?

Nah kali ini FKPMI menyuguhkan kepada pembaca tulisan dari Tokoh Kristen Internasional, Herbert W. Armstrong berjudul THE PLAIN TRUTH ABOUT CHRISTMAS yang mengungkapkan kebohonan dari cerita ini.

Rabu, 02 Desember 2009

Kisah Wolter, Telur dan Kopi


Oleh: dr. Sudarmono

Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.

Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api.

Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api.

Selasa, 01 Desember 2009

Open Casting Film: "Dalam Mihrab Cinta"

Ada yang berminat jadi pemain film? Ada peluang lho, sinemart pictures lagi membuka casting pemain untuk film terbarunya, yaitu Dalam Mihrab Cinta.

Film ini sebagaimana Ketika Cinta Bertasbih, juga diangkat dari novel karya Habiburrahman El Shirazy alias Kang Abik yang berjudul sama yaitu "DALAM MIHRAB CINTA". Istimewanya film ini rencananya akan langsung disutradarai oleh Kang Abik Sendiri. Insya Allah ini menjadi jaminan originalitas isi film terhadap novelnya.

Mau tau persyaratannya?

Senin, 30 November 2009

Haruskah Kita Pacaran?


Oleh. Rio Efendi Turipno, S.Psi

Pacaran! sudah tradisi…
Begitulah tanggapan remaja masa kini, seperti slogan dari salah satu iklan ditelevisi. Budaya ini sudah menjadi kebiasaan baru yang menggeser pola pergaulan sebelumnya. Hampir semua orang melakukannya, karena mereka menganggap pacaran sebagai sesuatu yang lazim untuk dipraktekkan. Kita dengan mudah menjumpai kenyataan tersebut. Dirumah, di sekolahan, di supermarket, di kampus, di pantai, bahkan ditempat yang sepi pun, tidak sulit menemukan sepasang kekasih. Mereka menganggap merekalah sepasang kekasi Si Romeo ‘en Juliet. Sungguh sangat romantis.

Tidak ketinggalan pula mereka yang sudah menikah alias yang sudah punya istri atau suami, turut ambil bagian dalam meramaikan budaya ini. Istilah “hugel” pun kini sudah tidak lagi diartikan sebagai hubungan gelap. Karena dewasa ini ‘pelaku hugel’, sudah terang-terangan tidak lagi sembunyi-sembunyi. Sehingga istilah hugel yang merupakan istilah orang Manado kini lebih cocok diartikan sebagai ‘hubungan geli-gelian’ daripada ‘hubungan gelap’.