Sabtu, 26 Desember 2009

Kekerasan Pelajar di Sekolah Salah Siapa?

Oleh Putra Batubara *)

Akhir-akhir ini kita disuguhkan tontonan menarik tentang pelajar di sekolah yang melakukan tindak kekerasan baik putra ataupun putri. Kemajuan teknologi menjadikan kasus perkasus bisa langsung di akses oleh media nasional seperti televisi dan adegan tersebut ditayangkan secara langsung. Yang menartik disini adalah kasus kekerasan ini biasa terungkap setelah tersiar kabar di media massa dan pihak sekolah baru “mengambil sikap” setelah kasus itu disiarkan oleh media massa.

Pertanyaanya kemudian, kemana fungsi dan tugas sekolah yang mendidik peserta didiknya itu? Kenapa hal-hal yang sebesar ini bisa tidak diketahui oleh pihak sekolah? Atau jangan – jangan pihak sekolah juga sudah tahu dan berusah untuk menutup-nutupinya. Terus kalau sudah seperti ini siapa yang harus disalahkan? guru, kepala sekolah, kepala dinas pendidikan, guru agama, wali siswanya atau mungkin OSIS dan Rohisnya (karena kejadian ini banyak terjadi di sekolah negeri). Biasanya perdebatan akan terjadi disekitar nama-nama diatas dan mereka akan saling menyalahkan.

Berguru Pada Cicak


Salah satu bentuk ujian Allah SWT untuk manusia adalah diciptakan perasaan gundah gulana, takut, rasa lapar dan merasa kekurangan dari harta benda duniawi. Takut terhadap masa depan yang belum tentu memberikan kemudharatan. Khawatir karena takut miskin dan tidak mendapatkan rejeki yang banyak untuk menjalani kehidupan.

Dalam surat al Ma'arij ayat 19-21 Allah SWT berfirman: ” Sesungguhnya manusia itu diciptakan selalu keluh kesah dan kikir, apabila ditimpa kemalangan dia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan dia kikir”.

Tapi disamping itu Allah SWT dengan kasih sayangnya memberikan pelajaran kepada manusia melalui hewan dan binatang untuk dijadikan i'tibar dalam kehidupan ini, tergantung kita mau dan tidak meluangkan waktu untuk mempelajarinya. Setiap ciptaanNya tidak ada yang sia-sia, semua memiliki manfaat walaupun mereka hidup jauh di dalam tanah.

Anjing adalah binatang paling setia pada tuannya, lebah yang selalu memakan yang baik dan mengeluarkan madu yang baik pula, tidak pernah menganggu manusia tapi apabila diganggu akan memberikan perlawanan optimal untuk membela diri. Dunia semut yang damai dan selalu bergotong royong ketika mengerjakan sesuatu dan berbagi ketika mendapatkan sebuah rejeki Allah SWT.

Jumat, 25 Desember 2009

TAHUN BARU MASEHI: 1 Perayaan, 1000 Kekafiran


Oleh. Rio Efendi Turipno, S.Psi

Pada saat pergantian tahun, kita akan menyaksikan betapa gencarnya liputan media massa dalam rangka menyambut datangnya tahun 2010M. Terlihat bahwa masyarakat bersuka cita menggantungkan harapan-harapan dengan adanya hal itu.

Sebelum membahas lebih jauh tentang hukum perayaan menyambut tahun baru, mari kita simak terlebih dahulu sejarah penetapan tahun 1 januari sebagai pertanda tahun baru.

Asal-Usul Tahun Baru

Bila melongok sejarahnya, penetapan 1 Januari sebagai pertanda Tahun Baru bermula pada abad 46 Sebelum Masehi (SM). Ketika itu Kaisar Julius Caesar membuat kalender Matahari. Kalender yang dinilai lebih akurat ketimbang kalender-kalender lain pernah dibuat sebelumnya.

Sebelum Caesar membuat kalender Matahari, pada abad 153 SM, Janus seorang pendongeng di Roma yang menetapkan awal mula tahun. Dengan dua wajahnya, Janus mampu melihat kejadian di masa lalu dan masa depan. Dialah yang menjadi simbol kuno resolusi (sebuah pencapaian) Tahun Baru. Bangsa Roma berharap dengan dimulainya tahun yang baru, kesalahan-kesalahan di masa lalu dapat dimaafkan. Sebagai penebus dosa, tahun baru juga ditandai dengan tukar kado.

Rabu, 23 Desember 2009

Asal-usul Perayaan Natal

Pastur Herbert W. Armstrong, menulis

Kita mewarisi Natal berasal dari Gereja Katolik Roma, dan gereja itu mendapatkannya dari kepercayaan pagan (kafir) Politeisme, lalu dari manakah agama kafir itu mendapatkan ajaran itu? Dimana, kapan, dan bagaimana bentuk asli ajaran itu?

Bila kita telusuri mulai dari ayat-ayat Bible (Alkitab) sampai pada sejarah kepercayaan bangsa Babilonia kuno, niscaya akan ditemukan bahwa ajaran itu berasal dari kepercayaan berhala yang dianut oleh masyarakat Babilonia di bawah raja Nimrod (Namrud - di masa inilah nabi Ibrahim lahir). Jelasnya, akar kepercayaan ini tumbuh setelah terjadi banjir besar di masa nabi Nuh.

Nimrod, cucu Ham, anak nabi Nuh, adalah pendiri sistem kehidupan masyarakat Babilonia. Sejak itulah terdapat dasar-dasar pemerintahan dan negara, dan sistem ekonomi dengan cara bersaing untuk meraih keuntungan. Nimrod inilah mendirikan menara Babel, membangun kota Babilonia, Nineweh dan kota-kota lainnya. Dia pula yang pertama membangun kerajan di dunia. Nama "Nimrod" dalam bahasa Hebrew (Ibrani) berasal dari kata "Marad" yang artinya "dia membangkang atau murtad" (Karena bahasa Ibrani serumpun dengan bahasa Arab, silahkan anda membandingkan kata "Marad" dengan kata Arab "Ridda" atau "murtad". Pen)

Senin, 21 Desember 2009

Belajarlah Dari Kesalahan


Oleh. Rio Efendi Turipno, S.Psi

Ada sebagian orang yang mampu memanfaatkan kesalahan-kesalahan yang yang pernah dilakukannya dengan baik . Ada sebagian lagi yang justru disetir oleh kesalahan-kesalahannya sendiri, hingga makin larut di dalamnya . Sementara sebagian lainya karena kesalahan-kesalahan masa lalunya, menjadi orang yang sinis. Sebagian lainnya menjadi orang-orang yang selalu gelisah. Dan sebagiannya pula menjadi orang-orang yang selalu berhasrat untuk menguak lebih banyak lagi hakikat-hakikat yang samar di dunia ini.

Kesalahan, dalam kondisi apapun, menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah kehidupan manusia. Kesalahan tak akan pernah termaafkan oleh nurani, meski berhasil di ditinggalkannya. Pengalaman hidup merupakan akumulasi peristiwa yang pernah dialami manusia. Sungguh tidak mudah melupakan pengalaman yang telah dilalui.
Namun, hal ini bukanlah halangan bagi orang yang berjiwa besar untuk dapat menguasai segala keterpurukan yang pernah dilaluinya. Orang dengan tipe kepribadian seperti ini sangat mungkin untuk berkata “tidak “ untuk terjerumus kedalam lubang yang sama.

Minggu, 20 Desember 2009

Hidayah di waktu Fajar


Suara azan Subuh menyayat-nyayat hati Yudi Mulyana, pendeta yang juga staf pengajar agama Kristen di sebuah sekolah dasar di Cirebon, pagi itu. Jantungnya berdegup kencang. Ia limbung dan roboh. "Saya tak tahu apa yang terjadi dengan diri saya pagi itu," ujarnya sambil menceritakan kejadian di pengujung Agustus 2008. Padahal, ia memang terbiasa bangun pagi, berbarengan Subuh. Melakukan doa pagi dan membaca Alkitab adalah aktivitas rutinnya membuka hari.Namun pagi itu, ia seolah lumpuh. Meski panik, ia mencoba tenang. Yudi membuat banyak asumsi untuk menghibur diri. Namun, tak satu pun mampu menolongnya.

Hatinya menjadi tenang setelah membuka saluran televisi menyaksikan acara zikir yang dipimpin oleh Ustaz Arifin Ilham. Ia berkomat-kamit mengikuti zikir yang dibacakan jamaah Arifin di layar televisi. "Tuhan, apa yang terjadi dengan diri saya", tuturnya. Kalimat Thayyibah menenteramkannya hingga ia bisa bangkit dan kembali berjalan.

Sejarah Natal


Oleh. Herbert W. Armstrong

Kata Christmas (Natal) yang artinya Mass of Christ atau disingkat Christ-Mass, diartikan sebagai hari untuk merayakan kelahiran "Yesus". Perayaan yang diselenggarakan oleh non-Kristen dan semua orang Kristen ini berasal dari ajaran Gereja Kristen Katolik Roma. Tetapi, dari manakah mereka mendapatkan ajaran itu? Sebab Natal itu bukan ajaran Bible (Alkitab), dan Yesus pun tidak pernah memerintah para muridnya untuk menyelenggarakannya. Perayaan yang masuk dalam ajaran Kristen Katolik Roma pada abad ke empat ini adalah berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala.

Karena perayaan Natal yang diselenggarakan di seluruh dunia ini berasal dari Katolik Roma, dan tidak memiliki dasar dari kitab suci, maka marilah kita dengarkan penjelasan dari Katolik Roma dalam Catholic Encyclopedia, edisi 1911, dengan judul "Christmas", anda akan menemukan kalimat yang berbunyi sebagai berikut:

"Christmas was not among the earliest festivals of Church? the first evidence of the feast is from Egypt. Pagan customs centering around the January calends gravitated to christmas."

(Natal bukanlah diantara upacara-upacara awal Gereja? bukti awal menunjukkan bahwa pesta tersebut berasal dari Mesir. Perayaan ini diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada bulan Januari ini, kemudian dijadikan hari kelahiran Yesus.)