Sabtu, 16 Oktober 2010

Janji Bukan Hanya Sebatas Ucapan!

Allah Subhanahu wa ta'ala telah berfirman:

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الأسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا [النساء: 145]

"Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka." (QS. An-Nisaa: 145)

Munafik berasal dari kata na-faqa (نَافَقَ), yuna-fiqu (يُنَافِقُ), nifa-qan (نِفَاق) dan muna-faqatan (مُنَافَقَةً). Secara bahasa berarti salah satu lubang tempat keluarnya yarbu’ (hewan sejenis tikus) dari sarangnya, dimana bila ia dicari dari salah satu lubang maka ia keluar dari lubang lainnya. Atau bisa diartikan memiliki dua lubang (wajah).

Secara syara’ berarti menampakkan ke-Islaman dan kebaikan tetapi menyembunyikan kekufuran dan kejahatan. Dikatakan demikian karena dia masuk pada syari’at dari satu pintu dan keluar dari pintu yang lain. Nabi bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, tentang ciri-ciri orang munafik, yang berbunyi:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ] رواه البخاري [32
Dari Abu Hurayrah, bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Ciri-ciri orang munafik ada tiga: pertama, apabila ia berbicara ia berdusta; kedua, apabila ia berjanji ia mengingkari; ketiga, apabila diberi amanah ia berkhianat." (HR. Bukhari, no. 32)
 
Dari hadits tersebut dapat dilihat bahwa ingkar terhadap janji adalah salah satu tanda orang-orang Munafik. Dengan demikian pokok pembahasan kali ini mengarah pada persoalan janji. Dimana janji bukanlah perkara biasa. Meski pun kenyataannya janji sering muncul sebatas ucapan, yang begitu saja mudah dilupakan, seolah tiada bekas sama sekali. Padahal, kedudukan janji sangat tinggi pertanggungjawabannya di sisi Allah.

Dalam hadits riwayat  Bukhariy  diatas, sudahlah jelas orang-orang yang senang mengingkari janji dikategorikan sebagai orang-orang munafik. Selain itu, Al-Quran pun mensinyalirnya sebagai berikut, Orang-orang munafik mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak ada terkandung dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan. (QS. Ali Imran: 167).

Wahai Pemuda, Tahanlah Pandanganmu...!

"Ibnul Qayyim berkata bahwa pandangan mata kepada yang haram akan melahirkan lintasan pikiran, lintasan pikiran melahirkan ide, sedangkan ide memunculkan nafsu, lalu nafsu melahirkan kehendak, kemudian kehendak itu menguat hingga menjadi tekad yang kuat dan biasanya diwujudkan dalam amal perbuatan (zina)."

MAKNA MENAHAN PANDANGAN
Secara bahasa, غَضُّ البَصَرِ (gadh-dhul bashar) berarti menahan, mengurangi  atau menundukkan pandangan.[1] Namun bukan berarti menutup atau memejamkan mata hingga tidak melihat sama sekali. Juga bukan berarti menundukkan kepala ke tanah saja, karena bukan itu yang dimaksud.  Lagipula hal seperti itu tidak akan mampu dilaksanakan. Tetapi yang dimaksud غَضُّ البَصَرِ (gadh-dhul bashar) adalah menjaga pandangan dan tidak melepas kendalinya hingga menjadi liar.
Pandangan yang terpelihara adalah apabila seseorang tidak memandang aurat orang lain, tidak mengamat-amati kecantikan/kegantengannya, tidak berlama-lama memandangnya, dan tidak memelototi apa yang dilihatnya.[2] Dengan kata lainغَضُّ البَصَرِ (gadh-dhul bashar) adalah menahan pandangan dari apa yang diharamkan oleh Allah swt dan rasul-Nya[3].

Jumat, 15 Oktober 2010

"Ismail Ataukah Ishak ?"

Oleh. Rio Efendi Turipno

Kontroversi seputar siapakah anak yang akan dikurbankan oleh Nabi Ibrahim, turut juga menjadi jurang pemisah antara Islam maupun Kristen. Seluruh kitab suci yang berada dalam rumpun tradisi abrahamik mengisahkan peristiwa penyembelihan Ibrahim terhadap puteranya. Hanya kedua agama tersebut berbeda pandangan tentang siapa yang hendak disembelih di antara putera-putera Ibrahim. Islam menyebut Ismail, anak Ibrahim dari hasil perkawinannya dengan Hajar (Alkitab menyebutnya Hagar), isteri kedua.  Sementara kristen menyakini Ishak, anak Ibrahim dari hasil perkawinannya dengan Sarah (Alkitab menyebutnya Sarai atau Sara), isteri pertama.

Adapun yang menjadi dasar (dalil) dari keyakinan kedua agama tersebut dapat kita simak sebagai berikut:

1.      Penyembelihan Ismail Menurut Al-Qur’an

وَقَالَ إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَى رَبِّي سَيَهْدِينِ (99) رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ (100) فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ (101) فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (102) فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ (103) وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ (104)  قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (105) إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ (106) وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ (107) وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآَخِرِينَ (108) سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ (109) كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (110) إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ (111) وَبَشَّرْنَاهُ بِإِسْحَاقَ نَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ (112) وَبَارَكْنَا عَلَيْهِ وَعَلَى إِسْحَاقَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِهِمَا مُحْسِنٌ وَظَالِمٌ لِنَفْسِهِ مُبِينٌ (113)

 “[99]. Dan Ibrahim berkata:"Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku. [100]. Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang Termasuk orang-orang yang saleh. [101]. Maka Kami beri Dia khabar gembira dengan seorang anak yang Amat sabar. [102]. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku (maksudnya Ismail) Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar". [103]. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). [104]. Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, [105]. Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. [106]. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. [107]. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. [108]. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang Kemudian, [109]. (yaitu)"Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim". [110]. Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. [111]. Sesungguhnya ia Termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. [112]. Dan Kami beri Dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang Nabi yang Termasuk orang-orang yang saleh. [113]. Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. dan diantara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata. (Qs. Ash-Shaafat : 99-113)

Kristen Bukan Ajaran Yesus

Banyak orang Kristen yang mengaku sebagai pengikut Yesus. Tetapi sedikit diantara mereka mau menelusuri kebenaran agama mereka. Bahkan diantara mereka tidak ada yang mengetahui bahwa ternyata Yesus bukan beragama Kristen dan Kristen bukan ajaran Yesus.
Hal seperti itu tampak sepele atau main-main, padahal ini benar-benar persoalan yang serius. Sebab jika Yesus ternyata bukan beragama Kristen, lalu apa nama agama Yesus yang sebenarnya? Masihkah kita mengakui sebagai pengikut Yesus, sementara agama/ajaran Yesus dan kita berbeda.
Perhatikan ayat-ayat Alkitab dibawah ini :
"Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah, bersukacitalah ia. Ia menasihati mereka, supaya mereka semua tetap setia kepada Tuhan karena Barnabas adalah orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman. Sejumlah orang dibawa kepada Tuhan. Lalu pergilah Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus; dan setelah bertemu dengan dia, ia membawanya ke Antiokhia. Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhia-lah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen.” (Kisah Para Rasul  11:23-26)
Ayat ini membuktikan bahwa yang menamakan agama itu "Kristen' bukan Yesus. melainkan Barnabas dan Paulus. Seumur hidupnya Yesus tidak pernah tahu kalau agama yang dibawanya dinamai Kristen, sebab nama "Kristen' itu baru muncul jauh setelah Yesus diangkat ke Sorga.

Kamis, 14 Oktober 2010

Ketika Mata Hati Kita Buta!

        Pernah ada satu kisah seorang gadis yang membenci dirinya sendiri bahkan semua orang yang disekelilingnya dia benci, kecuali kekasihnya yang selalu setia menemani dan memberikan dorongan semangat untuk hidup. Padahal sebenarnya gadis itu cantik kekurangan yang ada dirinya hanya satu karena kedua matanya tidak bisa melihat. Sehingga dalam keseharian dirinya selalu meratapi hidupnya.
Namun gadis itu sangatlah beruntung memiliki pujaan hati yang cukup sabar mendengar segala keluh kesahnya, bahkan mampu menghibur dan membuatnya tersenyum. Kecintaan pada gadis itu pun dibuktikannya dengan datang melamar gadis tersebut untuk dinikahinya, tetapi sang gadis hanya rela dinikahi bila sudah dapat melihat dengan sempurna.
Doa gadis itu akhirnya terkabul. Ada seseorang yang bersedia mendonorkan matanya. Betapa bahagia dirinya begitu menyaksikan dunia baru yang indah dan penuh warna. Kekasihnya juga ikut bahagia merasakan kegembiraan. Dia segera menagih janji gadis itu.
"Sekarang dirimu sudah bisa melihat dunia, Apakah kamu mau menikah denganku?’ tanya sang kekasihnya.
Gadis itu terguncang disaat melihat kekasihnya ternyata seorang pemuda yang buta juga. Gadis itu kecewa dan menolak untuk menikah dengan pujaan hatinya yang buta.

Rabu, 13 Oktober 2010

Meluruskan Tuduhan Terhadap Islam (Bag. 2)

Jawaban No. 4 
Benarkah Ismail tidak berkenan dihadapan Tuhan, berdasarkan Kitab Kejadian 17:18-19 ?
Tidak Benar! Karena kutipan ayat yang ditampilkan dalam konteks peristiwa tersebut hanya potongan ayat yang tidak utuh, maka terkesan bahwa Ismail benar-benar tidak direstui Allah sebagaimana bunyi potongan ayat dibawah ini:
Dan Abraham berkata kepada Allah: ”Ah, sekiranya Ismael diperkenankan hidup di hadapan-Mu!” Tetapi Allah berfirman: “Tidak,…” (Kejadian 17:18-19)
Bagi orang Kristen (versi Pendeta Suradi) ayat ini dibesar-besarkan. Terkesan seolah-olah Ismail tidak berkenan di mata Tuhan, tidak disukai dan dibenci oleh Tuhan karena dia anak Ibrahim dari budak. Maka ketika Ibrahim memohon kepada Tuhan agar Ismail, anaknya yang pertama diperkenankan hidup dihadapan Tuhan, justru permohonan ini ditolak oleh Tuhan.
Hal ini sengaja dilakukan hanya untuk mendiskreditkan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Salam, melalui leluhur beliau (Ismail). Mereka ingin membentuk suatu opini buruk terhadap leluhur Muhammad.  Sebab jika leluhurnya jelek, pasti semua keturunannya, yaitu semua orang Arab, termasuk Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Salam akan dianggap jelek pula.

Selasa, 12 Oktober 2010

Meluruskan Tuduhan Terhadap Islam (Bag. 1)

Oleh. Tim Fakta

Dalam Aqidah Islam kita dilarang bersifat diskriminatif (membeda-bedakan) terhadap Nabi-nabi Allah. Semua Nabi di dalam Islam itu sama tidak ada yang lebih tinggi dan rendah, serta tidak ada yang lebih besar dan kecil. Oleh karenanya penyebutan istilah ”Nabi Besar” dalam Islam itu tidak dibenarkan sekalipun itu dialamatkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Salam, sebab bertentangan dengan firman Allah dibawah ini.


 لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ [سورة البقرة: 285]
”Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, (Qs. Al-Baqarah : 285)
Namun berbeda dengan umat Kristen yang umumnya hobi membanding-bandingkan antara Nabi Isa Alaihi Salaam (Yesus) dengan nabi-nabi yang lainnya, terutama dengan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Salam. Pendeta yang paling aktif memuja Nabi Isa Alaihi Salaam sambil melecehkan dan menghujat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Salam adalah dr. Suradi Ben Abraham, pimpinan Christian Centre Nehemia (CCN) Jakarta. Melalui buku dan brosur-brosur yang menggunakan nama-nama Islam banyak diedarkan ke kalangan umat Islam, diantaranya brosur Shiraathal Mustaqiim yang berjudul  ”Siapakah Yang Bernama Allah itu?. Dikatakan bahwa bangsa Arab (bangsanya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Salam) tidak layak hidup dihadapan Tuhan.
Alasannya, karena bangsa Arab adalah keturunannya Ismael (dalam Islam, disebut Ismail) yang berasal dari Hagar (dalam Islam disebut Hajar) adalah seorang budak Mesir yang hina. Adapun bangsa Mesir disebut keturunan Ham yang terkutuk. Selain itu juga alkitab (bible) menyebutkan bahwa Ismail itu prilakunya seperti keledai liar. Dalil yang dipakai dalam brosur Shiraathal Mustaqiim ”Siapakah Bernama Allah itu?” diantaranya sebagai berikut:

Makna kata ”Aku”, ”Kami”, dan ”Allah” dalam Al-Qur’an

Oleh. Rio Efendi Turipno

Seorang Mahasiswa Univeritas Negeri Manado (UNIMA) bertanya tentang apa makna kata ganti ”AKU”, KAMI, dan ALLAH dalam Al-Qur’an? Apakah Islam Tuhannya lebih dari satu?

Sebelum menjawabnya disini saya lampirkan beberapa Ayat Al-Qur’an yang memiliki keterkaitan dengan pertanyaan diatas.

كَلَّا إِنَّا خَلَقْنَاهُمْ مِمَّا يَعْلَمُونَ فَلَا أُقْسِمُ بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَالْمَغَارِبِ إِنَّا لَقَادِرُونَ  عَلَى أَنْ نُبَدِّلَ خَيْرًا مِنْهُمْ وَمَا نَحْنُ بِمَسْبُوقِينَ [سورة المعارج :39-41 ]
Sekali-kali tidak! Sesungguhnya Kami ciptakan mereka dari apa yang mereka ketahui (air mani). Maka Aku bersumpah dengan Tuhan yang memiliki timur dan barat, Sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa. Untuk mengganti (mereka) dengan kaum yang lebih baik dari mereka, dan Kami sekali-kali tidak dapat dikalahkan. (Qs. Al-Ma’aarij :39:41)
    إِنَّا نَحْنُ نزلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ [سورة الحجر: 9]
"Sesungguh-Nya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. (QS. Al Hijr 15:9)

Ayat-ayat diatas memang seringkali digunakan oleh para missionaris dalam mencari kelemahan Islam. Dengan ayat tersebut mereka menyimpulkan bahwa Allah (Tuhan)nya umat Islam tidak Esa, melainkan jamak (banyak). Karena dalam Al-Qur’an Tuhannya umat Islam seringkali menggunakan kata ”Kami” untuk menunjukkan dirinya, yang memiliki arti jamak atau lebih dari satu.

Padahal tuduhan tersebut cukup membuktikan bahwa mereka sama sekali tidak memahami tentang tata bahasa Arab sedikit pun.

Minggu, 10 Oktober 2010

Panduan Shalat Praktis Menurut Sunnah Rasulullah Saw


Ibadah yang merupakan rukun Islam  kedua ini memang salah satu bagian dari agama Islam yang amat mendasar. Meskipun pembahasan tentang ibadah shalat cukup banyak beredar dimasyarakat. Namun yang praktis dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw sulit didapatkan. 

Terinspirasi dari hadits Nabi Saw: “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku Shalat”. yang kemudian menjadi salah satu prinsip dalam ibadah shalat, Maka buku ini hadir sebagai Panduan Shalat Praktis, yang disusun sesuai dengan Sunnah Rasulullah Saw yang shahih,

Semoga kehadiran buku ini dapat  menjadi pegangan bagi kaum muslimin dalam melaksanakan ibadah kepada  Allah  SWT, yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw.
 
PENGERTIAN SHALAT 

Menurut bahasa shalat berarti do’a atau rahmat. Sedangkan menurut istilah shalat adalah sebuah ibadah yang terdiri dari ucapan dan perbuatan tertentu yang dibuka dengan takbiratul ihram dan ditutup dengan salam.[1] Sedangkan menurut ahli tasawwuf, shalat merupakan upaya menghadapkan hati kepada Allah subhanahu wa ta'ala, hingga menumbuhkan rasa takut dan tunduk kepada-Nya, serta menumbuhkan kesadaran akan keagungan dan kebesaran-Nya, serta kesempurnaan kekuasaan-Nya.
KEDUDUKAN SHALAT
Di dalam Islam, shalat adalah amal ibadah yang memegang peranan yang sangat vital dalam proses pengabdian seorang hamba kepada Tuhannya, sehinngga shalat memiliki kedudukan yang sangat istimewa untuk umat Islam, yakni antara lain:
  1.  Shalat merupakan ibadah yang pertama kali di wajibkan oleh Allah SWT, yang perintahnya langsung diterima oleh Rasulullah saw pada malam Isra’ Mi’raj.[2]
  2. Shalat merupakan tiang agama.[3]
  3. Shalat merupakan amalan yang pertama kali di hisab (hitung) pada hari kiamat.[4]
HUKUM MENINGGALKAN SHALAT
Bagi muslim yang sudah terkena kewajiban shalat karena sudah baligh (dewasa) dan berakal, kemudian meninggalkan shalat dengan sengaja, maka iya telah syirik dan kufur.[5]

Tahlilan Dalam Kaca Mata Islam dan Sejarah

Telah kita maklumi bersama bahwa acara tahlilan merupakan upacara ritual seremonial yang biasa dilakukan oleh keumuman masyarakat Indonesia untuk memperingati hari kematian. Secara bersama-sama, berkumpul sanak keluarga, handai taulan, beserta masyarakat sekitarnya, membaca beberapa ayat Al Qur’an, dzikir-dzikir, dan disertai do’a-do’a tertentu untuk dikirimkan kepada si mayit. Karena dari sekian materi bacaannya terdapat kalimat tahlil yang diulang-ulang (ratusan kali bahkan ada yang sampai ribuan kali), maka acara tersebut dikenal dengan istilah “Tahlilan”.

Acara ini biasanya diselenggarakan setelah selesai proses penguburan (terkadang dilakukan sebelum penguburan mayit), kemudian terus berlangsung setiap hari sampai hari ke-7. Lalu diselenggarakan kembali pada hari ke 40 dan ke 100. Untuk selanjutnya acara tersebut diadakan tiap tahun dari hari kematian si mayit, walaupun terkadang berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya.

Tidak lepas pula dalam acara tersebut penjamuan yang disajikan pada tiap kali acara diselenggarakan. Model penyajian hidangan biasanya selalu variatif, tergantung adat yang berjalan di tempat tersebut. Namun pada dasarnya menu hidangan “lebih dari sekedarnya” cenderung mirip menu hidangan yang berbau kemeriahan. Sehingga acara tersebut terkesan pesta kecil-kecilan, memang demikianlah kenyataannya.

Entah telah berapa abad lamanya acara tersebut diselenggarakan, hingga tanpa disadari menjadi suatu kelaziman. Konsekuensinya, bila ada yang tidak menyelenggarakan acara tersebut berarti telah menyalahi adat dan akibatnya ia diasingkan dari masyarakat. Bahkan lebih jauh lagi acara tersebut telah membangun opini muatan hukum yaitu sunnah (baca: “wajib”) untuk dikerjakan dan sebaliknya, bid’ah (hal yang baru dan ajaib) apabila ditinggalkan.