Jumat, 18 Desember 2009

Hijrah itu Semangat Untuk Mengubah diri


Oleh: Damanhuri Zuhri

Tahun Baru Hijriyah telah tiba. umat Muslim di seantero dunia akan memasuki dan merayakan 1 Muharram 1431 Hijriyah. Tahun baru Hijriyah begitu sarat makna dan nilai-nilai sejarah. Hijrah yang dimaknai sebagai permulaan tarikh Islam juga memiliki makna berkorban demi Allah SWT untuk tegaknya kebenaran.

Para ulama mengajak umat Islam untuk menjadikan Tahun Baru 1431 Hijriyah sebagai momentum untuk berhijrah, yakni memperbaiki diri dari hal-hal yang buruk menuju yang lebih baik. Pimpinan Pondok Pesantren Modern Lembah Arafah Bogor, Jawa Barat, KH Anwar Sanusi, mengungkapkan, ketika Nabi Muhammad SAW kembali dari Ta’if, langsung menuju rumah Allah dan merenung.

Minggu, 13 Desember 2009

Buku "Allah pun Tobat"

Sinopsis

Tidak hanya para Nabi dan Rasul yang bisa langsung masuk surga. Ternyata menurut ALLAH dalam Alquran, kita pun bisa langsung masuk surga tanpa lewat neraka asalkan kebaikan kita lebih banyak dari dosa. Tapi sebaliknya, jika dosa kita lebih banyak dari pahala maka kita akan kekal selamanya di Neraka.

ALLAH pun TAUBAT, bukan kalimat rekayasa tapi memang begitulah yang tertulis di Alquran dan hadis Nabi. Selama ini kita mengenal istilah "ALLAH menerima taubat", padahal ada yang lebih penting dari itu yaitu "ALLAH taubat (kembali)" kepada hamba-Nya yg berbuat baik. Sudah saatnya kita mencerdaskan umat dengan menggunakan istilah yang benar sesuai dengan Alquran bukan sekedar ikut-ikutan (jahiliah).

Biji Pohon Motivasi

Di sebuah ladang yang subur, terdapat dua bibit tanaman yang terhampar. Bibit yang pertama berkata: “Aku ingin tumbuh besar. Aku ingin menjejakkan akarku sangat dalam di tanah ini, dan menjulangkan tunas-tunasku di atas kerasnya tanah ini. Aku ingin membentangkan semua tunasku, untuk menyampaikan salam musim semi. Aku ingin merasakan kehangatan matahari, serta kelembutan embun pagi di pucuk-pucuk daunku.” Dan bibit yang pertama inipun tumbuh, makin menjulang.

Bibit yang kedua bergumam. “Aku takut. Jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini, aku tak tahu, apa yang akan kutemui di bawah sana. Bukankah disana sangat gelap? Dan jika kuteroboskan tunasku keatas, bukankah nanti keindahan tunas-tunasku akan hilang? Tunasku ini pasti akan terkoyak. Apa yang akan terjadi jika tunasku terbuka, dan siput-siput mencoba untuk memakannya? Dan pasti, jika aku tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan berusaha untuk mencabutku dari tanah. Tidak, akan lebih baik jika aku menunggu sampai semuanya aman.” Akhirnya bibit itupun menunggu, dalam kesendirian.

Beberapa pekan kemudian, seekor ayam mengais tanah itu, dan menemukan bibit yang kedua tadi, kemudian memakannya segera. maka berakhirlah riwayat biji kedua tersebut.