Kamis, 22 Desember 2011

Ibu...! Mengapa Engkau Menangis?

Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya: "Ibu, mengapa Ibu menangis?". Ibunya menjawab: "Sebab, Ibu adalah seorang wanita, Nak".

"Aku tak mengerti" kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. "Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti...."

Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya: "Ayah, mengapa Ibu menangis? Sepertinya Ibu menangis tanpa ada sebab yang jelas?" Sang ayah menjawab: "Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan". Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya.

Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis.

Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan."Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis?"

Dalam mimpinya, Tuhan menjawab: "Saat Ku-ciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama. Ku-ciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.

Ku-berikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, dan mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau, seringkali, ia menerima cerca dan makian dari anaknya itu, tatkala mereka dewasa.

Ku-berikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa. Sehingga dengan kesabaran, dia terus merawat keluarganya, walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.

Ku-berikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua anaknya, dalam kondisi apapun, dan dalam situasi apapun. Walau, tak jarang anak-anaknya itu sering melukai perasaannya, melukai hatinya. Dengan perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap. Sehingga sentuhan akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.

Ku-berikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, dimasa-masa sulitnya, dan menjadi pelindung baginya. Sebab, itulah wanita Ku-ciptakan dari tulang rusuk laki-laki. Bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak?

Ku-berikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan, bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkali pula, kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi.

Dan, akhirnya, Ku-berikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, air mata ini adalah air mata kehidupan dan Air mata cinta kasih”.

Maka, dekatkanlah diri kita pada sang Ibu kalau beliau masih hidup. Jangan pernah menunda-nunda kesempatan ini yang telah Allah berikan kepada kita. Peluklah dengan erat ibumu mohon ampunlah atas segala dosa yang pernah kita perbuat kepadanya.

Ingatkah kita! Berapa banyak kata-kata yang pernah kita ucapkan kepadanya sehinggah ia meneteskan air matanya? Berapa banyakah kita sering berdusta kepadanya, hanya untuk kesenangan pribadi kita. Padahal tidak pernah sedikit pun ia melupakan kita, atau membiarkan kita tanpa kasih sayangnya.

Kita sungguh telah berbuat zhalim kepada ibunda kita, kita sungguh telah menyakiti hatinya dan kita sungguh telah durhaka kepadanya. Padahal disetiap do’anya, ia selalu memohon kepada Allah agar kelak kita menjadi orang-orang yang berguna. Namun inikah balasan yang kita berikan kepadanya?

Pernahkah kita membayangkan, setelah kita membaca tulisan ini dan pulang menuju kerumah kita masing-masing. Dari kejauhan kita melihat bahwa, di rumah kita sungguh ramai. Orang-orang terlihat sibuk kesana-kemari seperti akan mengadakan sebuah pesta atau pun hajatan. Namun setiba di depan pintu rumah dihadapan kita terdapat sesosok tubuh yang terbujur kaku, ditutupi dengan kain putih. Tubuh yang sudah tidak bernyawa lagi, tubuh yang sedang menunggu anaknya pulang dan hendak berkata: ”Nak, maafkan ibu, sudah saatnya ibu pergi untuk selamanya”.

"Innalillahi wa inna ilaihi roji’un". Dialah ibumu yang selama ini merawat kamu dengan penuh kasih sayang hingga dewasa. Namun telah pergi meninggalkan kita, disaat kita belum sempat memohon ampun dan berbakti kepadanya.

Oleh karenanya, gunakanlah hidup ini sebaik-baiknya untuk menjadi anak-anak yang berbakti. Jangan biarkan air mata ibumu menetes di pipinya lagi akibat dari ulahmu.... Katakanlah! Ibu aku sungguh menyayangimu!

"Selamat Hari Ibu....!!!!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar