Apa yang membedakan manusia dengan makhluk  lain? Kita bilang; ‘akal!’. Manusia memiliki akal, sedangkan mahluk  lain tidak. Itulah sebabnya manusia bisa mengklaim diri sebagai mahluk  Tuhan yang paling sempurna. Sebab, dengan akalnya itu manusia bisa  melakukan begitu banyak hal yang tidak bisa dilakukan kucing, kelinci,  ataupun bunga melati. Sayangnya, tidak semua yang bisa dilakukan manusia  itu digunakan untuk kebaikan sesama. Karena pada kenyataannya, akal  kita sering digunakan untuk ‘mengakal-akali’ dengan cara melakukan  apapun demi kepentingan segelintir individu atau kelompok tertentu. Oleh  karena itu, banyak buah pahit dari hasil karya akal manusia itu. Dengan  demikian, untuk menjadi ‘mahluk sempurna’ seperti klaimnya, manusia  mesti memiliki piranti lain. Sehingga kecerdasan akalnya dapat diimbangi  oleh kearifan dari dalam dirinya. Apakah gerangan piranti itu?
Sesekali, kita perlu memperhatikan para kura-kura. Seekor kura-kura  kalau hendak berjalan pastilah akan mengeluarkan kepalanya dari dalam  tempurungnya. Dan ini adalah isyarat yang kura-kura berikan pada kita  bahwa memang benar kita harus menggunakan kepala alias otak dan akal  pikiran kita supaya kita bisa melakukan ini dan itu. Tanpa kepala kita  tidak bisa membangun suatu hasil karya cipta apapun. Sebab, kepalalah  pusat segala kekuatan kreatif imajinatif yang membantu menusia  menghasilkan berbagai macam penemuan. Sehingga, kita bisa membangun  peradaban. Itu benar.
Tetapi, mari perhatikan sang kura-kura itu sekali lagi. Dalam  perjalanannya, dia sering berhenti. Dan ketika berhenti melangkah itu  dia menarik kepalanya kembali masuk kedalam cangkang tempurungnya. Lalu  dia berdiam diri. Pertanda apakah gerangan ini? Ini adalah tanda  pengingat bagi kita yang terlampau mengutamakan akal, bahwa; sesekali  kita harus menarik kekuatan akal itu ke belakang layar. Kemudian  mendekatkan kepala kita kedada dimana didalam bersemayam sesuatu yang  biasa kita sebut sebagai hati nurani. Sebab, kata kura-kura:’hati nurani  itu akan membantu kita mengarahkan akal pikiran’.
Ketika akal berjalan sendirian, maka hasil pemikiran kita hanya akan  menjadi sebatas proses eksplorasi dan eksploitasi atas keuntungan,  kemudahan, kenikmatan dan hal-hal serupa itu. Apakah itu mengganggu  orang lain? Akal tidak terlampau peduli, karena fungsi utamanya adalah  untuk membuat hidup kita lebih mudah dan indah. Soal orang lain rugi  atau terganggu oleh kaidah-kaidah yang dihasilkannya, itu soal lain.  Itulah sebabnya, mengapa banyak orang yang berbisnis tanpa mempedulikan  moral, lingkungan, atau kepentingan orang lain. Orang lain bagi mereka  adalah lahan untuk dieksploitasi. Itulah juga sebabnya mengapa banyak  orang yang tidak peduli pada kepentingan tetangga hanya untuk memenuhi  kepentingan rumah dan keluarganya belaka. Tetangga bagi mereka adalah  objek yang boleh dikorbankan demi kepentingan dirinya sendiri.
Kata kura-kura; “Berhenti sejenak dari terlampau menggunakan akal  kamu. Dan sesekali ajaklah dirimu untuk berkontemplasi menggunakan hati  nurani.”
Menakjubkan sekali. Ketika seseorang mengikuti petuah sang kura,  ternyata dia menemukan bahwa akal itu bukanlah segala-galanya. Justru  orang yang terlampau menggunakan akal tidak akan pernah berhasil menjadi  mahluk sempurna. Karena, kesempurnaan manusia diperoleh dari penggunaan  yang seimbang antara akal dan hati. Ketika seseorang hanya menggunakan  hati, dia menjadi orang baik yang kurang produktif. Dan ketika seseorang  hanya menggunakan akal, maka dia akan menjadi orang kompetitif yang  sangat destruktif. 
Tetapi, ketika seseorang menggunakan akal dan hati  dalam sebuah perpaduan harmoni, dia menjadi orang berprestasi tinggi  yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dirinya sendiri.
 Dan menakjubkan sekali, karena ternyata; ketika dia mengkombinasikan  hatinyalah segala hasil karya cipta akalnya menjadi maslahat tidak hanya  bagi dirinya sendiri. Melainkan bagi orang lain. Ketika semakin besar  cakupan pengaruhnya, semakin luas dampak positifnya. Sehingga, boleh  jadi suatu saat nanti; dia bisa berkontribusi kepada kepentingan seluruh  umat manusia. Karena, kecanggihan akal pikirannya diimbangi oleh  pertimbangan hati nurani untuk kemaslahatan bersama. Bukan semata  kepentingan pribadi. Sebab, akal dan hati itu seperti dua sisi keping  mata uang yang tidak bisa dipisahkan. 
Ingatlah... Tanpa akal, hati tidak bisa  mencukupi hidup. Dan tanpa hati, akal sering membuat kerusakan.  Sedangkan dengan akal dan hati; kita bisa saling berkontribusi.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar