Minggu, 28 Januari 2018

Inilah Jalan kami


Oleh. Rio Efendi Turipno


Pernahkah terpikir oleh anda untuk menjadi mercusuar? Mercusuar adalah alat yang tak henti-hentinya memancarkan cahaya, memberikan peringatan akan adanya bahaya, serta memberi petunjuk ke arah keselamatan, kepada setiap kapal yang lewat, tanpa pilih bulu dan tanpa kenal henti.

Berkat keberadaannya banyak sudah kapal dan perahu terselamatkan dari waktu ke waktu dan dari masa ke masa. Semua itu dilakukan tanpa mengharapkan imbalan ataupun sekedar ucapan terima kasih.


Demikian juga seorang aktivis dakwah, entah siapapun dia dan darimanapun dia berasal, ia laksana mercusuar, ia terus memberikan manfaat dan membimbing umat ini tanpa kenal lelah dan tidak membeda-bedakan kelompok ataupun golongan. Ia seakan-akan mengajarkan kepada umat ini bahwa dakwah adalah cinta.

Dakwah adalah Cinta
Memang seperti itu dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu. Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yang kau cintai.
Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah. Menyedot saripati energimu. Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yang menempel di tubuh rentamu. Tubuh yang luluh lantak diseret-seret. Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari.
Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya juga tidak membosankan, justru terkadang menyakitkan. Bahkan tidak jarang juga para pejuang dakwah ini menghadapi godaan kefuturan.
Namun, sebesar apapun tantangan yang kita hadapi, tetap kita harus yakin Allah senantiasa bersama kita, dan apa yang kita hadapi itu adalah bagian dari ujian iman yang Allah berikan kepada kita untuk membuktikan seberapa besar kecintaan kita pada dakwah ini.


“Teruslah bergerak,
hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah berlari,
hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah berjalan,
hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah bertahan,
hingga kefuturan itu futur menyertaimu.
Dan tetaplah berjaga,
hingga kelesuan itu lesu menemanimu.”
(KH. Rahmat Abdullah)

Dakwah Kita Adalah Dakwah Perubahan
Dakwah kita memang sebuah perubahan ke arah perbaikan, namun hendaklah kita mengetahui, bahwa perbaikan tidak bisa akan terwujud dengan mengisolir dan menutup diri. Tidak bisa disangkal kita memang harus berinteraksi dan bergaul dengan orang lain agar dapat secara bersama-sama mewujudkan perubahan ke arah perbaikan. Apalagi bila kita cermati ternyata sebagian besar kandungan ayat al-Qur’an al-Kariim berbentuk percakapan dialogis. Ini artinya percakapan dialogis adalah bagian dari pada bentuk interaksi dalam mengajak orang lain ke arah perubahan untuk perbaikan. Kita di perintahkan oleh Allah untuk menyeru, menyampaikan kepada seluruh manusia ke jalan perbaikan.
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”(QS. 16:125)


Menyeru ke jalan Allah dengan hikmah dan pengajaran yang baik inilah yang menjadi landasan dakwah kita guna mewujudkan perubahan dan perbaikan.
Dakwah Kita Adalah Memberikan Teladan
Al-Qudwah atau yang disebut dengan kata Al-Uswah bermakna contoh atau teladan. Kalimat yang tidak asing di telinga kita apalagi bagi para aktifis dakwah. Al-Qudwah merupakan dharuriyyatul hayat (keniscayaan) bagi kehidupan alam semesta, sebelum menjadi dharuriyyatul-Islam dan dharuriyyatud-dakwah.
Setiap makhluk menirukan apa yang dilakukan oleh para pendahulunya. Secara  nyata hal ini bisa kita fahami sebagai buah dari keteladanan, di samping kita meyakini ada hidayah Allah bagi mereka.
Anak kambing mengikuti induknya memakan rumput, anak kerbau ikut berkubang di dalam lumpur menirukan induknya, dan dan begitu seterusnya.
Di dalam Islam keteladanan itu menjadi sangat penting. Allah SWT menjadikan Rasulullah Muhammad saw sebagai teladan bagi kaum muslimin.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. 33:21)
Dengan demikian kita sebagai umat Rasulullah SAW, maka seyogyanya kita mencontohi Rasulullah SAW untuk menjadi teladan bagi yang lain.

Dakwah Kita Adalah Dakwah Jama’ah
Sesungguhnya dakwah kepada agama Allah SWT merupakan jalan yang ditempuh oleh Rasulullah SAW dan para pengikutnya. Artinya Rasulullah tidak mengerjakan dakwah ini sendrian saja, melainkan bersamapara sahabat dan pengikutnya, hingga mencapai kejayaan. Adapun misi dakwah itu sesungguhnya adalah mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang, dari kekufuran menuju keimanan, dari kesyirikan menuju tauhid dan dari neraka menuju syurga.
Dakwah adalah suatu kewajiban yang dibebankan kepada setiap laki-laki dan wanita beriman. Allah telah memilihkan dakwah sebagai sebuah jalan yang harus ditempuh setiap mukmin, agar bisa meraih kemenangan. 
Allah telah memerintahkan kita untuk membentuk umat yang senantiasa melakukan dakwah, amar ma’ruf dan nahi munkar, sebagaimana firman-Nya:
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung” (QS. 3:104).

Ayat ini dengan tegas menunjukkan kewajiban membentuk sebuah umat atau jamaah yang memiliki tugas atau karakter yang spesifik. Secara bahasa, menurut Kamus al-Munawwir, kata al-ummah memiliki banyak pengertian, di antaranya adalah ar-rajulu al-jami’u lilkhair (laki-laki yang padanya terkumpul kebaikan), man huwa ‘alal haq (orang yang menetapi kebenaran), asy-sya’bu wal jumhur (rakyat, masyarakat, bangsa).


Jadi apabila dikatakan ummatullah artinya adalah khalquhu, ciptaan-Nya. Namun jika dikatan Ummatun yad’una ilal khair dalam ayat tersebut bermakna jama’atun yad’una ilal khair, suatu jamaah yang menyeru kepada kebaikan. Umat memiliki makna jamaah, yang harus dibentuk untuk melaksanakan berbagai kewajiban agama. Hal ini menandakan harus adanya pelaksanaan dakwah, amar ma’ruf dan nahi munkar secara kolektif, tidak individual.
Tidak Ada Kata Pensiun Dalam Dakwah
Jika olahragawan bisa mengalami masa pensiun karena usianya yang renta dan kekuatan fisiknya yang melemah. Jika seorang pegawai akhirnya menemui saat pensiun karena usianya telah melewati batas ketentuan umum kepegawaian. Jika seorang artis harus meninggalkan pentas karena keterampilan dan keindahan aktingnya telah digerogoti usianya.
Namun. Seorang aktivis dakwah, tidak mengenal kamus pensiun dan berhenti dari panggung dakwahnya. Kami dan saudara kami di jalan ini tidak mengetahui ada kondisi yang mengharuskan kami mundur dari gelanggang dakwah karena faktor usia, kemampuan fisik yang menurun, pikiran yang sulit difungsikan secara maksimal, atau bahkan karena kondisi eksternal yang memaksa kami untuk mundur. Singkatnya, kondisi apapun tidak akan menyebabkan kami ‘uzlah atau pergi meninggalkan jalan ini.
Tak pantas kita merasa lelah mengarungi samudera dakwah ini, karena masih terlalu banyak para pendahulu kita yang jauh lebih letih dari kita. Tak  pantas berkeluh untuk mencapai ketinggian cita-cita dakwah ini, karena masih terlalu banyak para pendahulu kita yang jauh lebih sibuk dari kita.
Beginilah Jalan Dakwah Mengajarkan Kami
Kami memilih jalan ini, karena kami memang membutuhkan. Bukan hanya sekadar rasa membutuhkan bahkan lebih, karena kami melangkah di jalan ini merupakan bagian dari rasa syukur kami atas hidayah Allah kepada kami. Kami memilih jalan ini karena kami ingin seperti para pendahulu kami di jalan ini yang telah banyak memperoleh pahala dan keridhaan Allah karena peran-peran dakwahnya.
Demikianlah, pada dasarnya dakwah ini adalah sebuah estafet perjuangan. Sebagaimana dakwah yang diserukan para nabi terdahulu, dilanjutkan dan disempurnakan dengan dakwah yang diperjuangkan Rasulullah Saw dan terus berlanjut hingga para juru dakwah yang berjalan di atas jalan perjuangannya di hari ini. Dalam jalan dakwah ini kami ingin menjadi batu bata dari bangunan dakwah ini. Sebuah bangunan yang telah dirintis oleh para anbiya dan orang-orang shalih.
Kami sering mendengar dan mengatakan bahwa jalan dakwah ini bukan perjalanan yang nikmat dan nyaman. Tapi inilah jalan yang sudah kami pilih untuk kami lalui bersama dalam hidup dan menuju kebahagiaan di akhirat.
Ya, “Hazihii sabilii” (inilah jalanku). Jalan yang menjadikan kami tidak mudahterkesima dan tergoda dengan aroma kemaksiatan dunia. Jalan yang selalu menggerakkan hati kami untuk selalu dekat kepada Allah, karena kami yakin “Hazihii sabilii”, adalah jalan para nabi, para shalihin, para shiddiqiin, para syuhada yang ingin menjadi pendamping Rasulullah di surga.
Yaa Allah, teguhkan langkah kami agar senantiasa selalu berada di jalan ini. Bulatkan tekad kami agar terus berjuang di jalan ini.  dan terimahlah perjuangan kami hingga peluh dan tetesan darah terakhir di jalan ini. serta  akhirkanlah hidup kami, di dalam naungan cinta-Mu.


Amin Ya Robbal Alamin

4 komentar:

  1. JOIN NOW !!!
    Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
    Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
    BURUAN DAFTAR!
    dewa-lotto.name
    dewa-lotto.org

    BalasHapus
  2. share ilmunya banyak bermanfaat, trims

    BalasHapus