Rabu, 27 Oktober 2010

Marilah, Bertutur Kata Yang Baik

Saat ini semakin maju zaman, semakin manusia menjauh dari akhlaq yang mulia. Begitu banyak nilai-nilai dalam Islam yang pada hari ini semakin terasa asing bila diterapkan dalam kehidupan kita. Perangai jahiliyah dan kekasaran dalam ucapan dan prilaku masih saja meliputi sebagian kaum muslimin. Padahal akhlaq yang diajarkan dalam Islam inilah membuat semakin banyak orang tertarik pada Islam dan dapat dengan mudah menerima ajaran Islam, Tetapi sayang, jangankan untuk berbuat baik kepada orang lain, memberikan salam dan bertutur kata yang baik kepada sesama muslim saja begitu sulit.
Apakah mereka lupa, bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta’ala, telah memerintahkan kita berlaku lemah lebut (rendah hati)? Perhatikanlah firman Allah dibawah ini:

وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman. ” (Qs. Al Hijr: 88)
Syaikh Muhammad Al Amin Asy Syinqithi mengatakan, “(Berendah dirilah) yang dimaksud dalam ayat ini hanya untuk mengungkapkan agar seseorang berlaku lemah lembut dan tawadhu' (rendah diri).”[1] Jadi sebenarnya ayat ini berlaku umum untuk setiap perkataan dan perbuatan, yaitu kita diperintahkan untuk berlaku lemah lembut. Ayat ini sama maknanya dengan firman Allah Ta'ala berikut,

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ الله لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظّاً غَلِيظَ القلب لاَنْفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imran: 159).

Yang dimaksud dengan bersikap keras di sini adalah bertutur kata kasar.[2] Dengan sikap seperti itu malah membuat orang lain akan lari dan menjauh dari kita. Al Hasan Al Bashri mengatakan, “Berlaku lemah lembut inilah akhlaq Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam yang di mana beliau diutus dengan membawa akhlaq yang mulia ini.” [3]
KEUTAMAAN BERTUTUR KATA YANG BAIK
 Bertutur kata yang baik merupakan akhlaq seorang muslim yang harus ada dalam diri kita. Karena apa yang keluar dari mulut kita, itulah sebenarnya diri kita. Oleh karenanya bertutur kata yang baik memiliki banyak keutamaanya, antara lain:
1.      Salah satu sebab mendapatkan ampunan Allah dan masuk ke dalam Surga
Dari Abu Syuraih, ia berkata pada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، دُلَّنِي عَلَى عَمِلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ
“Wahai Rasulullah, tunjukkanlah padaku suatu amalan yang dapat memasukkanku ke dalam surga.” Beliau bersabda:
إِنَّ مِنْ مُوجِبَاتِ الْمَغْفِرَةِ بَذْلُ السَّلامِ، وَحُسْنُ الْكَلامِ
“Di antara sebab mendapatkan ampunan Allah adalah menyebarkan salam dan bertutur kata yang baik. [4]

2.      Mendapatkan Kamar yang Istimewa di Surga Kelak
Dari 'Ali, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Di surga terdapat kamar-kamar yang bagian luarnya dapat dilihat dari dalam dan bagian dalamnya dapat dilihat dari luar.” Kemudian seorang Arab Badui bertanya, “Kamar-kamar tersebut diperuntukkan untuk siapa, wahai Rasulullah?” Beliau pun bersabda:
لِمَنْ أَطَابَ الْكَلاَمَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَأَدَامَ الصِّيَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ
“Kamar tersebut diperuntukkan untuk siapa saja yang tutur katanya baik, gemar memberikan makan (pada orang yang butuh), rajin berpuasa dan rajin shalat malam karena Allah ketika manusia sedang terlelap tidur.”[5]

3.      Bisa menggantikan Sedekah
Dari Abu Hurairah ra, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
الْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ
“Tutur kata yang baik adalah sedekah.[6]
Dari 'Adi bin Hatim, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ
“Selamatkanlah diri kalian dari siksa neraka, walaupun dengan separuh kurma. Jika kalian tidak mendapatkannya, maka cukup dengan bertutur kata yang baik.”[7]
Ibnul Qayyim mengatakan, “Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjadikan tutur kata yang baik sebagai pengganti dari sedekah bagi yang tidak mampu untuk bersedekah.”[8]
Ibnu Baththol mengatakan, “Tutur kata yang baik adalah sesuatu yang dianjurkan dan termasuk amalan kebaikan yang utama. Karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (dalam hadits ini) menjadikannya sebagaimana sedekah dengan harta. Antara tutur kata yang baik dan sedekah dengan harta memiliki keserupaan. Sedekah dengan harta dapat menyenangkan orang yang diberi sedekah. Sedangkan tutur kata yang baik juga akan menyenangkan mukmin lainnya dan menyenangkan hatinya. Dari sisi ini, keduanya memiliki kesamaan (yaitu sama-sama menyenangkan orang lain).”[9]
4.      Menyelematkan Seseorang dari Siksa Neraka
Dalilnya adalah hadits Adi bin Hatim di atas. Ibnu Baththol mengatakan, “Jika tutur kata yang baik dapat menyelamatkan dari siksa neraka, berarti sebaliknya, tutur kata yang kotor (jelek) dapat diancam dengan siksa neraka.”[10]

5.      Dapat Menghilangkan Permusuhan
Ibnu Baththol mengatakan, “Ketahuilah bahwa tutur kata yang baik dapat menghilangkan permusuhan dan dendam kesumat. Lihatlah firman Allah Ta'ala,
ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ
“Tolaklah (kejelekan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS. Fushilat: 34-35).
Menolak kejelekan di sini bisa dengan perkataan dan tingkah laku yang baik. Sahabat yang mulia, Ibnu 'Abbas ra mengatakan, "Allah memerintahkan pada orang beriman untuk bersabar ketika ada yang membuat marah, membalas dengan kebaikan jika ada yang buat jahil, dan memaafkan ketika ada yang buat jelek. Jika setiap hamba melakukan semacam ini, Allah akan melindunginya dari gangguan setan dan akan menundukkan musuh-musuhnya. Malah yang semula bermusuhan bisa menjadi teman dekatnya karena tingkah laku baik semacam ini." Ibnu Katsir rahimahullah juga mengatakan, "Namun yang mampu melakukan seperti ini adalah orang yang memiliki kesabaran. Karena membalas orang yg menyakiti kita dengan kebaikan adalah suatu yang berat bagi setiap jiwa."[11]
Bertutur kata yang baik sebenarnya adalah perkara yang ringan, tapi sulit untuk dilaksanakan. Oleh karena itu biasakanlah perilaku ini melekat dalam diri kita, jangan sampai hanya karena lidah, badan pun binasa. Lakukanlah 3-M (Mulai dari yang kecil-kecil, mulai dari diri sendiri dan mulai dari saat ini juga).
Akhirnya, ingat pesan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada sahabatnya Abu Dzar Al-Ghifari ra:
لاَ تَحْقِرَنَّ مِنْ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ
“Jangan sekali-kali engkau meremehkan perkara kebaikan walaupun hanya berwajah cerah ketika engkau bertemu dengan saudaramu.” [12]


[1] Muhammad Al Amin Asy Syinqithi, Adhwaul Bayan, 3/238 Dar Ilmi Al Fawaid.
[2] Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, Ibnu Katsir, 3/233, Muassasah Qurthubah
[3] Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, 3/232,
[4] HR. Thabrani dalam Mu'jam Al Kabir no. 469 (Maktabah Al 'Ulum wal Hikam, cetakan kedua, 1404 H). Al 'Iraqi dalam Takhrij Al Ihya' (2/246) mengatakan bahwa sanad hadits ini jayyid (bagus). Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah (1035) mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih dan perawinya terpercaya.
[5] HR. Tirmidzi no. 1984 dan Ahmad (1/155). Syaikh Muhammad Nasharuddin Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. Berarti dapat dipakai sebagai hujjah.
[6] HR. Ahmad (2/316) dan disebutkan oleh Al Bukhari dalam kitab shahihnya secara mu'allaq (tanpa sanad). Syaikh Syu'aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim.
[7] HR. Bukhariy, shahih al-Bukhariy, no. 6023 dan Muslim, shahih Muslim, no. 1016.
[8] Ibnu Qayyim Al Jauziyah, 'Iddatush Shobirin wa Dzakhirotusy Syakirin, Mawqi' Al Waroq, hal. 109
[9] Syarh al Bukhari, Ibnu Baththol, 17/273, Asy Syamilah.
[10] Syarh al Bukhari, 4/460
[11] Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 12/243.
[12] HR. Muslim no.6633

Tidak ada komentar:

Posting Komentar