Rabu, 27 Oktober 2010

Dahsyatnya, Menebarkan Salam

Mengucapkan salam kepada sesama muslim kini perlahan-lahan mulai hilang dari kebiasaan kita. Padahal sesuatu yang terkadang dianggap sepele, namun sesungguhnya memiliki dampak yang luar biasa dalam kehidupan kita. Jikapun mampu diterapkan, itu hanya sebatas terucapkan pada orang-orang yang kita kenal. Sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ النَّبِيَّ أَيُّ اْلإِسْلاَمِ خَيْرٌ، قَالَ: تُطْعِمُ الطَّعَامَ، وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ
“Dari Abdullah bin Umar ra, dia berkata: “Sesungguhnya seorang laki-laki bertanya kepada Nabi, manakah ajaran Islam yang lebih baik?” Rasulullah saw bersabda: “Hendaklah engkau memberi makanan, mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak kamu kenal.[1]
عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُسَلِّمَ الرَّجُلُ عَلَى الرَّجُلِ لَا يُسَلِّمُ عَلَيْهِ إِلَّا لِلْمَعْرِفَةِ
“Dari Ibn. Mas’ud ra, berkata: bahwa Rasulullah Saw, bersabda: "Tanda-tanda hari itu (kiamat) Seorang lelaki mengucapkan salam kepada lelaki lainnya dan dia tidak mengucapkan salam tersebut kecuali karena ia mengenalnya" [2]
Padahal yang paling pertama memerintahkan salam adalah Allah Yang Maha Tinggi, di mana Allah memerintahkan Adam as, untuk mengucapkannya kepada para malaikat.
إِنَّ اللهَ لَمَّا خَلَقَ آدَمَ قَالَ اذْهَبْ فَسَلِّمْ عَلىَ أُلئِكَ اْلمَلاَئِكَةِ فَاسْتَمِعْ مَايُجِيْبُوْنَكَ تَحِيَتُكَ وَتَحِيَّة ذُرِّيَتِكَ فَقَالَ َالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ, فَقَالُوْا: اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ َوبَرَكَاتُهُ
"Sesungguhnya Allah Ta'ala saat setelah menciptakan Adam alahis salam, Dia berfirman kepada Adam: "Pergilah dan ucapkanlah salam kepada para malaikat ini dan dengarkanlah dengan apakah mereka menjawabmu, sebagai ucapan penghormatan bagimu dan bagi keturunanmu". Lalu Adam berkata: اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ  mereka menegaskan: اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ َوبَرَكَاتُهُ…” [3]
Mungkin banyak dari kita yang lebih akrab dengan ucapan “Selamat pagi, selamat siang, ataupun selamat malam”. Apalagi kalau ketemu dengan saudara-saudara seaqidah (sesama muslim), baik disekolah maupun dikantor, rasanya lebih enak mengucapkan “selamat pagi atau selamat siang, dsb”. Padahal ucapan-ucapan tersebut jauh dan kering dari semangat persaudaraan jika dibandingkan dengan ucapan salam dalam Islam, yakni:
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ َوبَرَكَاتُهُ
”Semoga keselamatan, dan rahmat Allah serta  berkah-Nya selalu menyertai kamu sekalian”
Ucapan salam dalam Islam ini, sesungguhnya merupakan do’a seorang muslim terhadap saudara muslimnya. Karena setiap muslim sesungguhnya diikat dalam persaudaraan dalam satu aqidah, tanpa melihat latar belakang etnis maupun status sosial. Umat Islam itu ibarat satu tubuh, jika satu bagian merasakan sakit, maka bagian tubuh lainnya juga ikut merasakan dampaknya. Namun rasa kebersamaan, persaudaraan serta kasih sayang tidak akan lahir diantara umat Islam ketika nilai-nilai termulia dari Islam, seperti ucapan salam tidak mampu di amalkan dalam kehidupan.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW dalam salah satu haditsnya bersabda,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ َحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ
Dari Abu Hurairah ra  berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaih wa sallam “Kamu tidak akan masuk ke Syurga hingga kamu beriman, kamu tidak akan beriman secara sempurna hingga kamu saling mencintai. Mahukah kamu kutunjukkan sesuatu, apabila kamu lakukan akan saling mencintai? Biasakan mengucapkan salam di antara kamu (apabila bertemu).”[4]

Salam merupakan sebab awal tumbuhnya kedekatan hati dan kunci yang mengundang rasa cinta. Dengan menyebarkannya berarti dapat menumbuhkan kedekatan hati di antara kaum muslimin, selain untuk menampakkan syiar mereka yang berbeda dengan orang-orang selain mereka.[5]
Selain itu orang yang mengucapkan salam akan mendapat 2 keuntungan, yaitu: pertama setiap ia memberikan salam (do’a) kepada sesama muslim, maka ia pun akan di do’akan (dijawab salamnya) juga oleh setiap muslim yang mendengarkan salamnya, yang kedua dia akan mendapat ganjaran pahala yang berlipat dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Sebagaimana Hadits dibawa ini:
إِنَّ رَجُلاً مَرَّ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ فِيْ مَجْلِسٍ، فَقَالَ: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ. فَقَالَ: عَشْرَ حَسَنَاتٍ. فَمَرَّ رَجُلٌ آخَرُ فَقَالَ: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ، فَقَالَ: عِشْرُوْنَ حَسَنَةً. فَمَرَّ رَجُلٌ آخَرُ فَقَالَ: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ. فَقَالَ: ثَلاَثُوْنَ حَسَنَةً. فَقَامَ رَجُلٌ مِنَ الْمَجْلِسِ وَلَمْ يُسَلِّمْ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا أَوْشَكَ مَا نَسِيَ صَاحِبُكُمْ، إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمُ الْمَجْلِسَ فَلْيُسَلِّمْ، فَإِنْ بَدَا لَهُ أَنْ يَجْلِسَ فَلْيَجْلِسْ، وَإِذَا قَامَ فَلْيُسَلِّمْ، مَا اْلأُوْلَى بِأَحَقَّ مِنَ اْلآخِرَةِ
Ada seseorang datang kepada Rasulullah SAW yang saat itu sedang berada di suatu majelis. Orang itu berkata, “Assalamu ‘alaikum.” Beliau pun bersabda, “Dia mendapat sepuluh kebaikan.” Datang lagi seorang yang lain, lalu berkata, “Assalamu ‘alaikum warahmatullahi.” Beliau bersabda, “Dia mendapat duapuluh kebaikan.” Ada seorang lagi yang datang, lalu mengatakan, “Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.” Beliau pun bersabda, “Dia mendapat tigapuluh kebaikan.” Kemudian ada seseorang yang bangkit meninggalkan majelis tanpa mengucapkan salam, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengatakan, “Betapa cepatnya teman kalian itu lupa. Jika salah seorang di antara kalian mendatangi suatu majelis, hendaknya dia mengucapkan salam. Bila ingin duduk, hendaknya dia duduk. Bila dia pergi meninggalkan majelis, hendaknya mengucapkan salam. Tidaklah salam yang pertama lebih utama daripada salam yang akhir.” (HR. Al-Bukhari).
Menebarkan salam memang sungguh luar biasa, oleh karena itu para ulama salaf memberikan komentarnya tentang keutamaan menyebarkankan salam:
a.  Abdullah bin Mas’ud ra, pernah berkata :
إِنَّ السَّلاَمَ اسْمٌ مِنْ أَسْمَاءِ اللهِ وَضَعَهُ اللهُ فِي اْلأَرْضِ، فَأَفْشُوْهُ بَيْنَكُمْ، إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا سَلَّمَ عَلَى الْقَوْمِ فَرَدُّوا عَلَيْهِ كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَضْلُ دَرَجَةٍ، لِأَنَّهُ ذَكَّرَهُمُ السَّلاَمَ، وَإِنْ لَمْ يُرَدَّ عَلَيْهِ رَدَّ عَلَيْهِ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنْهُ وَأَطْيَبُ
“Sesungguhnya As-Salam adalah salah satu nama Allah yang Allah letakkan di bumi, maka sebarkanlah salam di antara kalian. Sesungguhnya bila seseorang mengucapkan salam kepada suatu kaum, lalu mereka menjawab salamnya, maka dia memiliki keutamaan derajat di atas mereka karena dia telah mengingatkan mereka dengan salam. Dan bila tidak dijawab salamnya, maka akan dijawab oleh makhluk yang lebih baik darinya.”[6]
b.  Abu Hurairah ra pernah berkata :
أَبْخَلُ النَّاسِ الَّذِي يَبْخَلُ بِالسَّلاَمِ
“Orang yang paling bakhil (kikir) adalah orang yang bakhil untuk mengucapkan salam.” [7]
c.   Imam An-Nawawi rahimahullah berkata :
“Ucapan salam merupakan pintu pertama kerukunan dan kunci pembuka yang membawa rasa cinta. Dengan menyebarkan salam, semakin kokoh kedekatan antara kaum muslimin, serta menampakkan syi’ar mereka yang berbeda dengan para pemeluk agama lain. Di samping itu, di dalamnya juga terdapat latihan bagi jiwa seseorang untuk senantiasa berendah diri dan mengagungkan kehormatan kaum muslimin yang lainnya.”[8]
Dengan demikian, janganlah kita jadikan ucapan salam ini hanya sekedar ucapan layaknya ucapan selamat pagi ataupun selamat siang, yang terucap tanpa penjiwaan serta dibarengi ruh kasih sayang dan persaudaraan di dalamnya. Namun inilah ucapan yang tiada tertandingi dari semua ucapan yang ada. Biasakanlah, dimana pun kita berada, baik itu disekolah, masuk kedalam rumah, dijalanan, atau pun kita berada,[9] jika kita bertemu dengan saudara seaqidah maka ucapkanlah salam kepadanya.
Dari Abdurrahman bin Zaid, berkata:
أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُسَلِّمُ الرَّاكِبُ عَلَى الْمَاشِي وَالْمَاشِي عَلَى الْقَاعِدِ وَالْقَلِيلُ عَلَى الْكَثِيرِ
“Saya mendengan Abu Hurayrah ra, berkata: bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Orang yang berkendaraan mengucapkan salam kepada orang yang berjalan, orang yang berjalan kepada orang yang duduk, orang yang sedikit kepada orang yang banyak" [10]
Dalam riwayat lain disebutkan:
يُسَلِّمُ الصَّغِيرُ عَلَى الْكَبِيرِ وَالْمَارُّ عَلَى الْقَاعِدِ وَالْقَلِيلُ عَلَى الْكَثِيرِ
Orang yang kecil mengucapkan salam kepada orang yang lebih besar, orang lewat/ berjalan kepada orang yang duduk dan orang yang sedikit kepada orang yang banyak".[11]
Sedangkan kepada non muslim Rasulullah Saw, memberikan tuntunan bahwa, Janganlah kalian memulai orang yang Yahudi dan Nashrani dengan salam…”[12] Jika ada diantara mereka memberikan salam maka jawablah dengan kalimat  وَعَلَيْكُمْ (wa’alaikum). Sebagaimana hadits dibawah ini.
عَنْ هِشَامِ بْنِ زَيْدِ بْنِ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ مَرَّ يَهُودِيٌّ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ السَّامُ عَلَيْكَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْكَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَدْرُونَ مَا يَقُولُ قَالَ السَّامُ عَلَيْكَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلَا نَقْتُلُهُ قَالَ لَا إِذَا سَلَّمَ عَلَيْكُمْ أَهْلُ الْكِتَابِ فَقُولُوا وَعَلَيْكُمْ
Dari Hisyam bin Zaid bin Anas bin Malik, berkata saya mendengar Malik bin Anas berkata: “Ada seorang Yahudi lewat disamping Rasulullah Saw, lalu berkata: “Assamu ’Alaik” (kebinasaan kepadamu), maka Rasulullah Saw, menjawab: “wa’alaika” (dan kepadamu juga). Kemudian bertanyalah Rasulullah saw kepada para sahabat, Adakah kalian mendengar ia berkata “Assamu ‘Alaikh”?, berkatalah (para sahabat): Yaa Rasulullah haruskah kita membunuhnya? Berkata (Rasulullah) Tidak! Apabila Ahli kitab memberikan salam kepadamu maka jawablah “wa alaikum” (dan kepadamu).[13]

Wallahu a'lam bish-shawwab


[1] HR. Bukhariy, shahih al-Bukhariy no. 11, 27, 5767, Muslim, shahih Muslim, no. 56
[2] HR. Ahmad , no. 3655
[3] HR. Bukhari no. 3326. Muslim no:2841.
[4] HR. Muslim, shahih Muslim  no. 81,
[5] Al-Minhaj 2/224-225, Syarh Riyadhish Shalihin, Ibnu ‘Utsaimin, 3/6
[6]  HR. Bukhariy
[7] Mushnaf Ibn Abi Shaybah, (6/141), Maktabah Syamilah
[8] Syarh Shahih Muslim, 2/35
[9] Kecuali di WC atau di toilet
[10] HR. Bukhari no. 6232. Muslim no. 2160.
[11] HR. Bukahri no. 6231.
[12] HR. Muslim no. 2167
[13] HR. Bukhariy no. 6414

Tidak ada komentar:

Posting Komentar